Sniper Joanna Palani, Dewi Kematian ISIS di Suriah. Pulang ke Denmark Dipenjara dan Dicap Teroris

Saya telah menyerahkan hidup saya dan kebebasan saya untuk menghentikan ISIS maju, sehingga semua orang di Eropa bisa aman. Itu adalah pilihan saya.

Instagram @Joanna Palani
Joanna Palani, sniper dewi kematian ISIS yang kini menjadi orang buangan di Denmark 

TRIBUNBATAM.ID, - Hidup mapan di salah satu negara terbaik Eropa, Denmark, Joanna Palani justru memilih pergi ke Suriah dan Irak, bertempur melawan ISIS.

Joanna Palani ingin menyelamatkan Eropa dari teroris ISIS.

Namun, ketika kembali ke Denmark, ia justru dipenjara, kehilangan rumah, dilarang berpergian, dan yang paling menyakitkan: dicap teroris!

Nama Joanna Palani sangat disegani oleh kawan dan lawan selama perang melawan ISIS di Suriah dan Irak.

Bahkan kepalanya dihargai 1 juta dolar AS atau sekitar RP 14,5 miliar oleh ISIS, hidup atau mati.

Jika ia berhasil ditangkap hidup-hidup, wanita ini akan dijadikan budak nafsu bagi pasukan ISIS.

Hal ini tak lain karena Joanna Palani adalah pembunuh berdarah dingin yang terlah menewaskan lebih dari pasukan ISIS selama perang di Suriah dan Irak.

Wanita Sniper Ini Paling Dicari Pejuang ISIS, Simak Sepak Terjangnya di Medan Tempur

Dicari, Ini Pengakuan Sniper Cantik Joanna Palani, Diburu ISIS untuk Dijadikan Budak S3ks, Takut?

Kisah Sniper Tercantik dan Terjitu Uni Soviet, Roza Shanina yang Kisah Asmaranya Berakhir Tragis

Joanna Palani bukanlah pasukan Denmark atau NATO. Ia justru bergabung dengan batalion Unit Pelindung Rakyat (YPG) Kurdistan.

Kenapa Joanna Palani memilih bertempur melawan ISIS ketimbang menikmati hidupnya sebagai mahasiswi di Denmark.

Darah perang! Itulah yang mengalir dalam tubuhnya.

Joanna Palani, wanita berusia 23 tahun ini blasteran Kurdi-Iran, meskipun ia berkewarnegaraan Denmark.

KINI DICARI, Pengakuan Sniper Cantik Joanna Palani, Diburu ISIS untuk Dijadikan Budak S3ks, Takut?
KINI DICARI, Pengakuan Sniper Cantik Joanna Palani, Diburu ISIS untuk Dijadikan Budak S3ks, Takut? (kolase/bangkapos)

Ayah dan kakek Palani adalah pejuang Peshmerga.

Dia lahir di sebuah kamp pengungsi PBB sebelum pindah ke Kopenhagen, Denmark, saat balita.

Tetapi jangan salah, mainannya ketika kecil bukan boneka barbie atau beruang, melainkan pistol.

Sejak usia 9 tahun, ia sudah dilatih oleh kakeknya menggunakan senjata sehingga kemampuan menembaknya tidak perlu diragukan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved