Kisah Ida Pfeiffer Pelancong Austria yang Nekat Kunjungi Suku Kanibal di Tahun 1800-an
Kebanyakan dari kita pasti memilih mengunjungi tempat-tempat yang aman dan minim kejahatan. Namun berbeda dengan pelancong wanita asal Austria ini.
TRIBUNBATAM.id- Kisah Mengerikan Ida Pfeiffer Pelancong Austria yang Nekat Kunjungi Suku Kanibal di Tanah Batak
Bepergian atau travelling menjadi aktifitas yang menyenangkan bagi hampir setiap orang.
Mengunjungi tempat baru selain bisa menyegarkan pikiran juga memberikan pengalaman baru.
Kebanyakan dari kita pasti akan memilih untuk mengunjungi tempat-tempat yang aman dan minim kejahatan.
Namun berbeda dengan pelancong wanita asal Austria ini.
Pelancong wanita tomboy ini mendapat kabar jika ada suku kanibal yang mendiami Tanah Batak.
• VIRAL Video Pengantin Pria Salah Ucap Ketika Akad Ijab Qobul, Undang Gelak Tawa Para Undangan
• Fatimah, Wanita Pemecah Batu di Kecamatan Siantan, Setiap Hari Bersaing dengan Mesin Modern
• Perempuan Ini Mendadak Melompat ke Liang Kubur Usai Tahu Dua Anak Lelakinya Meningga Dunia
Bukannya ngeri, wanita ini justru berkeinginan untuk menemui orang-orang ‘mengerikan’ yang belum banyak dikenal itu.
"Para tawanan perang diikat pada sebuah pohon dan dipenggal sekaligus,” tulis Ida Laura Reyer Pfeiffer dalam catatan perjalaannya di Sumatra.
“Darah mereka diawetkan untuk minum, dan kadang dibuat menjadi semacam puding yang disajikan dengan nasi.”
Siapapun yang membaca kisahnya, barangkali bakal ngilu. Namun, kisah itu belumlah selesai.
“Bagian tubuh kemudian dibagikan."
Ida melanjutkan kisahnya, "Telinga, hidung, dan telapak kaki adalah bagian milik Rajah, yang juga memiliki klaim atas bagian lain."
• OVO Luncurkan OVO SmartCube, Smart Vending Machine Pertama di Indonesia
• Sadis, Seorang Istri Potong Alat Vital Suaminya Karena Tak Mau Diajak Berhubungan Intim
• Ajakan Hubungan Intim Ditolak, Suami Nekat Ambil Golok dan Bacok Istri Mudanya
"Telapak tangan, telapak kaki, daging kepala, jantung, dan hati—yang semuanya adalah hidangan aneh—dan semua daging dipanggang dan disantap dengan garam.”
Ida tidak menyaksikan kengerian itu dengan mata kepalanya.
Dia mendapat informasi tersebut dari beberapa pejabat pribumi setingkat bupati di Muara-Sipongie—kini bagian dari Kabupaten Mandailing-Natal, Provinsi Sumatra Utara.