Jelang Pilwako Batam 2011

Cak Nur Akui sudah Biasa Hidup di Pasar

Seiring kian dekatnya pelaksanaan Pilwako Batam 2010, para kandidat kian gencar melakukan

Laporan Purwoko, wartawan Tribunnewsbatam

TRIBUNNEWSBATAM, BATAM - Seiring kian dekatnya pelaksanaan Pilwako Batam 2010, para kandidat kian gencar melakukan sosialisasi. Bakal calon walikota Batam, Nuryanto pun menggelar silaturahmi dengn puluhan orang perwakilan pedagang pasar, penjual jamu gendong, maupun penjaga toko di Rumah Makan Simpang Tigo, Jodoh, Rabu (27/10/2010) malam.

Dalam kesempatan itu Nuryanto yang berpasangan dengan Nada F Soraya menerima beragam keluhan terkait persoalan-persoalan sosial yang dirasakan wong cilik. Nuryanto pun berjanji semua itu menjadi masukan guna merumuskan visinya ke depan jika terpilih menjadi pemimpin Batam.

Dalam acara itu Cak Nur didampingi sejumlah tim suksesnya. Sementara dari masyarakat hadir sejumlah tokoh, di antaranya Ginting, Birgal Sinaga, dan lain-lain.

Nuryanto secara langsung mengungkapkan permohonan doa dan restunya untuk maju dalam pilwako Batam. Ia pun memperkenalkan diri, dimana ia mengaku bahwa perjalanan karirnya selama ini juga berawal dari wong cilik sebagaimana dirasakan oleh para warga yang hadir.

"Saya hidup di Batam sejak 18 tahun silam. Saya telah merasakan dari kerja penjaga toko, pedagang di pinggir jalan, hingga penjaga malam. Saya sudah tidak asing lagi dengan semua warga Jodoh dan saudara-saudara yang selalu hidup di pasar. Namun semua saya syukuri. Bagi saya yang penting bekerja, dan semoga ke depan bisa berbuat yang terbaik untuk batam," katanya di hadapan para undangan.

Nur mengakui dalam sosialisasinya selalu membeberkan apa adanya, tidak ada yang dikurangi dan tidak ada yang ditambahi. Ia sangat paham dengan apa yang dikeluhkan oleh wong cilik, sehingga ia juga berjanji apa yang menjadi dambaan tersebut sebisa mungkin akan menjadi prioritas visinya ke depan.

Dalam dialog santai itu para warga mengeluhkan beragam masalah, mulai dari janji-janji pemimpin Batam yang tak pernah ditepati, masalah jembatan di Tanjung Uma, Batam, yang tak pernah diperhatikan, hingga masalah rumah ibadah yang tidak ada kejelasan statusnya.

Salah seorang warga di Tanjung Uma, Hendri, juga mengeluhkan minimnya perhatian dengan warga di pinggiran, termasuk di daerahnya. Berbagai fasilitas rusak akibat aktivitas pelabuhan setempat, namun itu tidak pernah ada kompensasi.

Atas berbagai masalah itu, Nuryanto menyatakan siap menampung. Hal itu juga diakuinya sudah kerap didengarnya saat para warga wong cilik datang ke DPRD, terutama di Komisi I. Ia berjanji akan memperjuangkannya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved