Piala Dunia 2014 di Brazil
Dihantam Unjuk Rasa, Lalu Lintas Sao Paulo Macet 200 KM
Kemarin menjadi hari yang sangat menyulitkan bagi jutaan warga Sao Paulo yang menggantungkan diri pada layanan transportasi publik.
Akhirnya saya bisa menumpang mobil pribadi milik seorang rekan warga negara Indonesia (WNI) dari Parque Regina, tempat saya menginap menuju pusat perbelanjaan. Macet sesekali tetap saja terjadi, namun perjalanan menuju Morumbi relatif tak terimbas aksi mogok Serikat Pekerja Metro Sao Paulo.
Perjalanan sekitar 10 km menuju satu kawasan elite di Sao Paulo itu bisa ditempuh satu jam. Kami masih sempat mampir melihat kegiatan warga di Parque Arariba, tepatnya di Jalan Isaias Tarandach. Saat itu sejumlah perempuan warga setempat mengecat jalan dengan pernak-pernik warna khas Brasil beserta gambar bendera nasional mereka. Itu satu di antara ekspresi dukungan warga terhadap Piala Dunia 2014.
Aksi mogok pekerja Metro Sao Paulo kemarin memang menjadi topik hangat warga dan pemberitaan media massa. Kepada media setempat Gubernur Negara Bagian Sao Paulo Geraldo Alckmin berniat menuntut Serikat Pekerja Metro untuk membayar ganti kerugian 50 ribu dolar AS.
Menurutnya, seharusnya aksi mogok hanya diikuti 20 persen dan sebagian besar yakni 80 persen tetap melayani penumpang. Nyatanya menurut pemerintah, peserta mogok jauh lebih besar. Saya sempat mengamati dari Stasiun Santo Amaro, yang berada di sisi timur Sao Paulo kereta Metro tetap melintas. Namun karena frekuensi yang berkurang, tetap terjadi antrean panjang penumpang mencoba beralih ke Oni Bus.
Kini, saya, Silvia dan jutaan warga Sao Paulo hanya bisa berharap, semoga aksi mogok tersebut tak lagi terjadi. "Jadi, kami bisa menikmati keuntungan naiknya konsumen, dari ajang Piala Dunia 2014 ini," harapnya.