Desa Ini Disebut Media Eropa Desa Juara. Sukses Berlakukan Larangan Merokok Sejak Tahun 2000
Desa ini menarik perhatian mereka, karena berhasil menerapkan aturan larangan merokok bagi warganya
Penulis: Mairi Nandarson | Editor: Mairi Nandarson
Industri tembakau domestik tetap menguntungkan dan kuat, dan sehingga pemandangan umum melihat anak-anak merokok kretek yang terasa manis.
"Aku bisa menghemat uang"
Tapi di Bone-Bone, itu adalah cerita yang berbeda.
Merokok telah hilang di antara penduduk desa yang mencapai 800 jiwa sejak larangan diberlakukan satu dekade lalu.
Bukan karena khawatir desa terjangkit kanker, faktor masalah ekonomi yang menjadi alasan yang disampaikan Kepala Desa, Muhammad Idris, untuk menerapkan larangan merokok melalui peraturan lokal.
Dia mengatakan banyak keluarga miskin di daerah tidak mampu menyekolahkan anak mereka ke sekolah karena ayah mereka menghabiskan terlalu banyak uang untuk rokok.
Anak-anak sendiri kemudian punya kecanduan dan kebiasaan yang mahal di usia muda.
Sementara harga rokok murah dalam standar internasional di Indonesia - di mana satu paket merek lokal hanya setara satu dolar Amerika- kebiasaan merokok bisa berdampak pada keuangan keluarga yang miskin, dengan pendapatan sedikit.
"Saya pergi ke perguruan tinggi dengan 13 mahasiswa lainnya dari desa ini. Hanya enam yang lulus, sisanya putus karena mereka menghabiskan uang kuliah mereka untuk membeli rokok," kata Idris AFP.
Larangan itu kemudian diterapkan secara bertahap.
Pada tahun 2000, pemerintah daerah melarang penjualan rokok di Bone-Bone.
Kemudian dilanjutkan dengan larangan merokok di tempat umum pada 2003.
Larangan penuh kegiatan merokok dan menjual rokok bagi bagi penduduk maupun pengunjung mulai berlaku tahun 2006.
Bagi mereka yang melanggar aturan itu, akan mendapat hukuman kerja sosial membersihkan masjid, selain itu juga dipaksa menyampaikan permintaan maaf di depan publik melalui pengeras suara.
Amir, seorang pandai besi dan ayah dari sembilan anak di Bone-Bone, terpaksa mengakhiri kebiasaan merokok yang menghabiskan 40 batang per hari karena larangan tersebut.
Ia kemudian merasakan dirinya jauh lebih baik setelah tidak merokok.
"Saya dapat menghemat uang. Saya bisa membeli kebutuhan keluarga saya dan - yang paling penting - saya bisa membiayai pendidikan anak-anak saya," kata Amir.
Sekitar 10 desa di seluruh negeri telah mengikuti contoh Bone-Bone dengan memberlakukan larangan merokok.(*)
