Lelucon 'Menyesal tak Perkosa Misionaris Australia' Bikin Kandidat Presiden Filipina Rodrigo Dikecam

"Saya marah karena dia diperkosa, itu satu hal. Namun, dia sangat cantik, wali kota seharusnya yang pertama (memerkosanya).Sayang sekali,"kata Rodrigo

Associated Press
Rodrigo Duterte 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, MANILA — Kasus pemerkosaan dan pembunuhan misionaris perempuan asal Australia di Davao, Filipina, pada tahun 1989 menjadi bahan candaan kandidat presiden Filipina, Rodrigo Duterte.

"Saya marah karena dia diperkosa, itu satu hal. Namun, dia sangat cantik, wali kota seharusnya yang pertama (memerkosanya). Sayang sekali," kutip Sydney Morning Herald, Senin (18/4/2016), mengutip pernyataan Duterte di video yang dirilis di YouTube.

Para netizen mengecamnya di media sosial.

Rupanya Duterte memiliki dua istri dan dua pacar.

Banyak pengamat menilai, karakternya mirip bakal calon presiden AS, Donald Trump.

Grace Poe, saingan terdekat Duterte, mengatakan bahwa komentar itu menjijikkan dan tidak dapat diterima serta mencerminkan rasa tidak hormatnya terhadap kaum perempuan.

Jejomar Binay, wakil presiden saat ini sekaligus calon presiden dalam pemilu Mei mendatang, juga mengecam Duterte.

"Pemerkosaan dan pembunuhan wanita sama sekali tidak lucu. Tuan Duterte, apakah kau tidak punya ibu? Apa kau tidak punya anak perempuan? Pernyataanmu sungguh menjijikkan," ujar Binay.

Video di YouTube itu memperlihatkan Duterte sedang berkampanye di Quezon, Metro Manila, yang antara lain tentang tindakan beraninya mengakhiri kerusuhan di penjara di kota Davao, 1.000 kilometer di tenggara Manila, pada 1989.

Saat itu dia menjabat wali kota Davao.

Dalam video yang menjadi viral di internet itu, Duerte mengaku, ia yang memerintahkan penyerangan sebelum akhirnya dia menjadi wali kota.

Ketika meluasnya kecaman para netizen dan politisi, Duterte menolak meminta maaf atas komentarnya itu.

Duterte mengatakan, komentarnya adalah sebuah lelucon buruk.

Namun, dia mengatakan, lelucon itu adalah ekspresi kemarahan dan menyatakan tidak akan meminta maaf.

Menurut dia, jika ia menyampaikan permintaan maaf, maka reputasinya akan jatuh.

Peristiwa tahun 1989 itu menewaskan 15 orang yang disandera para narapidana, termasuk 8 wanita.

Salah seorang di antaranya adalah misionaris wanita Australia berusia 36 tahun. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved