Satu Setangah Bulan, Demam Berdarah 'Tumbangkan' 20 Orang di Mediterania Batam Center
"Sejak puasa sampai Syawal, sudah satu setengah bulan ada 20-an lebih yang kena DBD,"
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Demam Berdarah Dengue (DBD) menyerang warga di Perumahan Taman Mediterania, Batam Center.
Tak tanggung-tanggung dari satu blok yang ada di perumahan itu, tepatnya di blok HH, sedikitnya sudah 20-an orang yang terserang penyakit ini. Dominan penderitanya anak kecil. Ada juga orang dewasa.
Ketua RT 8 RW VIII di Taman Mediterania, M Said mengatakan, pertama kali kasus DBD di tempatnya terjadi sekitar 22 Juni lalu. Kasus tersebut berlanjut hingga hari ini.
"Sejak puasa sampai Syawal, sudah satu setengah bulan ada 20-an lebih yang kena DBD," kata Said yang dikonfirmasi Tribun terkait menjangkitnya kasus DBD di Blok HH Perumahan Taman Mediterania, Senin (1/8/2016).
Kasus ini, lanjutnya, diibaratkan seperti kasus menular. Lantaran warga yang terserang DBD masih bertetangga sebelah atau samping rumah.
"Itu masih di satu lorong saja. Blok HH 3A, HH 2, HH 6, dan HH 5. Ada lagi satu kasus di HH 1, tapi sudah beda gang," ujarnya.
Menurut Said, kejadian DBD di tempatnya sudah bisa dibilang kejadian luar biasa. Lantaran tak pernah putus, begitu satu warga keluar dari RS, ada warga lainnya yang masuk, dan jumlahnya dalam kurun waktu 1,5 bulan sudah mencapai 20-an orang.
"Kalau menurut saya ini sudah kejadian luar biasa. Sekarang masih ada dua orang yang dirawat di Rumah Sakit. Yang mulai demam, juga ada," kata Said.
Sejauh ini pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan penyebaran penyakit DBD. Mulai dari imbauan kepada warga untuk menjaga kebersihan, membersihkan jentik-jentik nyamuk, mengubur dan lain sebagainya.
"Dari Dinas Kesehatan juga sudah turun sebelum Lebaran kemarin untuk mengecek. Ada sebagian warga yang pot bunganya tergenang air," ujarnya.
Selain imbauan, juga dilakukan kerja bakti membersihkan sampah, menebang pohon, dan fogging (pengasapan). Namun kasus DBD di tempatnya masih berlanjut.
"Fogging secara swadaya sudah kami lakukan sebelum Lebaran kemarin, kerja bakti juga sudah, tebang pohon, tapi masih tetap ada kasusnya," ujarnya.
Said menambahkan, tempatnya bukan daerah rawan DBD. Beberapa tahun sebelumnya, memang pernah ada warga yang terserang DBD. Namun jumlah saat itu jauh lebih kecil dibandingkan saat ini.
"Kalau dua atau tiga tahun lalu, ada dua orang yang kena. Dari Dinkes langsung ada tindakan. Sekarang lebih parah sampai 20-an lebih. Kami berharap ada tindak lanjutnya dari Dinkes setelah pengecekan kemarin," harap Said.
Penderita DBD Bisa Langsung Ditangani
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mewabah di Batam sejak terjadi perubahan cuaca secara ekstrim di Batam.
Setelah sebelumnya cuaca cenderung panas, kemudian disusul musim hujan usai lebaran kemarin, beberapa warga pun sudah menjadi korban DBD. Diantaranya seperti yang dialami warga di perumahan Mediterania.
BPJS Kesehatan meminta beberapa fasilitas Kesehatan untuk bisa melayani masyarakat yang mengalami DBD secara maksimal.
Humas BPJS Kesehatan Batam, Irfan Rachmadi menegaskan, jika dalam posisi emergency, faskes baik di tingkat pertama maupun di rumah sakit wajib melayani.
"Harusnya kalau perawatan di faskes tingkat pertama dulu, seperti puskesmas dan klinik-klinik. Tapi kalau kasus emergency, bisa langsung ke rumah sakit. Masalah demam tinggi tersebut, harus dokter yang menentukan, apakah dalam kategori emergency atau tidak," tutur dia kepada Tribun Batam.
Menurut dia, tidak wajib pasien mendapatkan penanganan medis setelah Demam mencapai 40 derajat celcius. Jika memang dokter melihat pasien dalam keadaan emergency maka wajib untuk ditangani.
"Yang menentukan emergency atau tidak bukan BPJS kesehatan, tapi dokternya. Karena yang namanya Demam inikan berbeda-beda, misalnya baru di 38 derajat celsius tapi sudah kejang-kejang, itukan emergency. Tapi kalau memang belum ada indikasi, itu tergantung dokter yang menangani," tuturnya.
Ia pun menegaskan, jika dalam keadaan emergency, pasien tidak perlu lagi menyiapkan rujukan dari faskes tingkat pertama.
Bahkan menurut dia, sesuai Perpres 16 tahun 2016 yang baru disebutkan, untuk kasus non emergency bisa langsung dirawat di UGD tanpa rujukan.
"Tapi soal itu kita sedang tunggu juknisnya, jadi nanti tidak perlu lagi ada rujukan. Itu ada aturan main sendiri. Cuma tunggu juknis dulu, sebab kalau tidak ada juknisnya takutnya nanti malah ramai-ramai ke rumah sakit langsung semua, bukan lagi ke klinik atau puskesmas," kata Irfan.
Mengenai data peserta BPJS kesehatan yang menggunakan kartunya untuk berobat DBD pun belum bisa diketahui pasti.
Menurut dia, harus melihat data base terlebih dahulu untuk melihat trend penyakit DBD di Batam.
Galakkan 3M Plus
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Perumahan Taman Mediterania, Batam Center, belum masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Begitupun halnya dengan kasus-kasus DBD lain di Batam.
"Kategori KLB itu pertama, ditemukan peningkatan kasus yang signifikan dari tahun sebelumnya. Kalau sekarangkan belum," kata Kabag Humas Pemko Batam, Ardiwinata, Senin (1/8).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Batam, jumlah penderita DBD sejak Januari hingga Juli 2016 tercatat sebanyak 549 orang. Sebanyak 10 orang diantaranya meninggal dunia karena kasus ini.
"Tahun lalu jumlahnya juga segitu. Prosesnya sama, walaupun ada peningkatan, tapi tidak signifikan," ujarnya.
Selain dari kriteria adanya peningkatan kasus yang signifikan, KLB juga dilihat dari usia penderita.
"Ada ditemukan banyak kasus anak di bawah umur satu tahun meninggal, nggak? Dari data tadi, tak ada yang meninggal di bawah satu tahun. Jadi ini belum KLB," kata Ardi.
Perlu perilaku hidup sehat. Semestinya perilaku 3M plus, dan jumantik (juru pemantau jentik sendiri) harus dibudayakan di setiap rumah-rumah warga. Itu untuk mengurangi penyebaran kasus DBD. Namun di lapangan, masih banyak warga yang mengabaikannya.
"Setiap kami turun memang ada penurunan kasus. DBD ini dapat dicegah dengan melakukan 3M plus, pemberantasan sarang nyamuk, jumantik, pemakaian bubuk Abate. Kalau tak ada tinggal minta di Puskesmas, gratis. Terakhir baru dengan fogging," ujarnya.
Dalam waktu dekat, Dinas Kesehatan juga akan melakukan fogging massal di yang ditempatkan di tiga lokasi, yakni Kelurahan Kibing, Sei Binti dan Buliang. Ketiga daerah ini langganan terjangkit DBD dan jumlah penderitanya paling tinggi dibandingkan tempat lain.
"Setelah turun nanti dicek lagi ke masing-masing kelurahan. Di hinterland juga ada yang kena DBD di Bulang, tapi tidak banyak. Yang banyak itu di Kibing, Sei Binti dan Buliang," kata Ardi.
Tiap Bulan Ada Meninggal
Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah (RSUD EF) menangangi penderita Demam Berdarah (DBD) sejak Januari sampai Juli 2016, sebanyak 256 orang. Sebanyak enam diantaranya meninggal dunia.
Data yang dihimpun Tribun dari Humas RSUD EF Nuraini, bahwa jumlah penderita penyakit DBD dari Januari sampai Maret, turun naik. Sementara dari April sampai Juli penderita DBD terus meningkat.
"Ini disebabkan cuaca yang tidak menentu, ditambah lagi dengan lingkungan yang kurang bersih, yang membuat nyamuk penyebar virus dengue dengan cepat berkembang biak," kata Nuraini.
Data untuk penderita DBB yang ditangani di RSUD EF pada Januari sebanyak 85 orang satu meninggal, Februari sebanyak 75 orang dua meninggal, Maret pasien penderita DBD sebanyak 42 orang satu meninggal dunia.
Sementara untuk April, sebanyak 19 orang pasien DBD dan satu diantara meninggal dunia, Mei sebanyak 6 orang, Juni sebanyak 16 orang, Juli sebanyak 12 orang satu diantaranya meninggal dunia. Total jumlah penderita DBD yang ditangani RSUD EF sebanyak 256 orang.
"Untuk semester pertama tahun 2016 ini jumlah penderita DBD bisa dikatakan meningkat, hal ini dikarenakan cuaca yang sedang mengalami pancaroba,"terang Nuraini.
Penderita DBD yang dirawat di RSUD EF, umumnya pasien yang tinggal di Batuaji, Sagulung dan sekitarnya. "Alamat pasien rata-rata di Batuaji dan Sagulung," terangnya.
Nuraini menjelaskan, tingginya penderita DBD dikarenakan beberapa faktor seperti lingkungan yang tidak bersih, karena ketidak pedulian masyarakat itu sendiri.
"Untuk di rumah sendiri, bisa disebabkan bak mandi yang tidak pernah dikuras,"terangnya.
Dia juga menyarankan agar masyarakat di Batuaji dan Sagulung, tetap menjaga kebersihan lingkungan dan selalu melaksanakan 3M (Menutup, Menguras, dan Mengubur).
"Menutup genangan air yang ada dilingkungan rumah, menguras bak mandi minimal setiap minggu, dan mengubur barang-barang yang bisa menyimpan air, seperti ban bekas," terang Nuraini.
Dia juga menegaskan agar masyarakat Batuaji dan Sagulung yang menderita panas dan deman di atas tiga hari secepatnya memeriksa ke rumah sakit ataupun puskesmas terdekat.
"Jadi kalau ada yang menderita panas deman lebih dari tiga hari secepatnya dibawa berobat," kata Nuraini.(Tribun Batam Cetak/wie/ane/ian)