Dimas Kanjeng Ditahan

Bukan Soal Uang. Ternyata Ini yang Membuat Pengikut Dimas Kanjeng Tetap Bertahan di Padepokan

Mereka bergerombol jadi satu, meski antar pengikut tidak saling mengenal. Tenda mereka berdekatan.

Editor: Mairi Nandarson
SURYA/GALIH LINTARTIKA
Puluhan pengikut Dimas Kanjeng masih mendirikan tenda-tenda di sekitar padepokan di Probolinggo, Jawa Timur, Senin (03/10/2016). 

Ia bebas menentukan menu hari ini apa, besok apa, dan lusa apa.

Selama mendapatkan jatah dari padepokan, ia tidak bisa memilih menu makanan.

“Saya biasanya tergantung dengan kakak, dan ayah sih, hari ini mau masak apa, nanti saya yang belanja,” ujarnya sembari menggoreng peyek teri.

Dalam sehari, kata YN, belanja untuk tiga orang keluarganya tidak menghabiskan uang lebih dari Rp 50.000.

Di padepokan ini, ia tinggal bersama kakak pertamanya, dan ayahnya.

Ia mengaku sudah tiga bulan menetap dan tinggal di padepokan ini.

“Kalau beras kan sudah ada, saya bawa dari Bali.
Persediaan saya cukup sampai beberapa bulan depan. Di tenda ini, saya sudah simpan beras 70 kilogram,” terangnya.

Perempuan yang memiliki usaha berjualan mukena bali ini menjelaskan, selama di padepokan hidupnya terasa nyaman dan tentram.

Ia tidak merasa kelaparan atau pun kekurangan uang.

Bahkan, ia mengaku rezeki yang didapatkannya itu lebih banyak di padepokan ini.

“Di sini saya itu tenang sekali, saya bisa memperdalam ilmu agama,” ujarnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).

Ketenangan itulah yang menjadi alasan YN untuk tetap bertahan di padepokan.

Ia mengatakan, tidak ada paksaan atau aturan yang mewajibkan pengikut di padepokan ini tinggal di padepokan.

Sewaktu - waktu pulang pun tidak ada yang melarang.

“Toh, kata yang mulia (sapaan Taat Pribadi di Padepokan) tanah ini milik santri. Siapa yang mau tinggal dipersilahkan, yang mulia tidak melarang.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved