Sedihnya Kisah Pasien di Ambon Ini. Minta Kaki Diamputasi Hingga Terusir dari Rumah Sakit

Ibu muda ini hanya bisa menaruh kedua tangan di atas kepalanya sambil sesekali mengerang kesakitan yang terus menjalar ke tulang kaki hingga tubuhnya

Editor: Mairi Nandarson
kompas.com/Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty
Alwiyah Patty penderita infeksi tulang hanya bisa terbaring lesu sambil ditemani suaminya Azis Hadeo di sebuah kamar kontrakan keluarganya di kawasan Batu Merah Kecamatan Sirimau Ambon, Minggu (30/10/2016). Harapannya untuk mendapatkan kesembuhan di rumah sakit pupus setelah pasien BPJS ini diminta keluar dari rumah sakit tempatnya dirawat pada Jumat pekan lalu 

Setelah keluar dan kembali ke kampung halamannya, dia masuk lagi ke rumah sakit tersebut akibat penyakit yang dideritanya kambuh.

“Dokter ahli bedah lalu mengangkat tulang kaki saya yang patah, saya sempat dirawat tiga hari setelah pengangkatan tulang kaki dan setelah itu saya keluar,” ujarnya.

Terakhir dia kembali masuk ke rumah sakit itu pada seminggu lalu.

Namun sayang harapannya untuk sembuh dari penyakitnya pupus karena dia sudah lebih dulu diminta pulang ke rumah oleh dokter di rumah sakit tersebut.

Padahal, sesuai hasil foto rontgen tulang yang ada di kakinya sudah retak.

“Saya minta kepada dokter amputasi saja kaki saya. Keluarga juga sudah setuju tapi ditolak oleh dokter ahli tulang, padahal hasil rontgen tulang kaki saya sudah retak,” katanya.

Alwiyah menuturkan, sebelum memutuskan ke Rumah Sakit Bhayangka, dua pekan lalu dia sempat menjalani perawatan medis di RSU Haulussy Ambon dan sempat ditangani oleh dokter ahli tulang bernama dokter Wijaya.

Sayang, apa yang dialaminya di Rumah Sakit Bhayangkara juga ikut dialaminya di RSU Haulussy.

Dokter Wijaya yang menanganinya juga memintanya keluar dari rumah sakit terbesar di Maluku itu dengan alasan penyakit yang dideritanya tidak terlalu parah sehingga cukup diobati di luar saja.

Alwiyah mengaku dokter Wijaya sebelumnya sempat memutuskan untuk melakukan operasi terhadap kaki kirinya.

Namun sang dokter lalu membatalkan rencana tersebut.

Padahal saat itu dia dan suaminya telah membeli sejumlah obat dan cairan NACL sebanyak tujuh botol untuk keperluan operasi.

“Dokter Wijaya telah setuju untuk operasi, namun di hari yang sama dokter membatalkan operasi setelah bertemu dengan sejumlah perawat," kata Alwiyah.

Padahal, kata Alwiyah, hari itu dokter Wijaya sudah menanyakan kesiapan untuk operasi. Awliyah pun mengatakan siap.

"Namun setelah bertemu dengan perawat dia kembali dan bilang kepada saya nanti berobat saja di klinik, dia juga menyarankan membeli salap di apotiknya saja dan meminta kita keluar dari rumah sakit karena katanya kaki saya tidak parah,” tuturnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved