Listrik Mau Naik, DPRD Kepri Datangi Bank Indonesia. Ada Apa? LIHAT DRAFT TARIF BARU
Menurut saya memang harus dinaikkan. Soal mau dinaikkan sekaligus atau bertahap, saya pribadi prinsipnya jangan sampai menganggu ekonomi.
Penulis: Dewi Haryati |
Laporan Tribun Batam, Dewi Haryati
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Kenaikan tarif listrik di Batam akan diberlakukan tahun ini.
Namun sebelum keputusan itu diambil, Komisi II dan Komisi III DPRD Provinsi Kepri bertandang ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri di Batam Center, Jumat (17/2/2017).
Kedatangan wakil rakyat itu disambut Kepala BI Kepri, Gusti Raizal Eka Putra.
Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kepri, Surya Makmur Nasution mengatakan, kedatangan mereka ke Kantor BI untuk mencari masukan, dan perspektif ekonomi tentang rencana kenaikan tarif listrik Batam.
Jangan sampai penyesuaian tarif listrik itu berdampak pada ekonomi Batam dan Kepri, terutama sekali dari sisi inflasi.
"Inflasi kita 4,03 persen. Kalau dinaikkan tarif listrik, prediksinya ada kenaikan 1 persen. Jadi inflasi kita tahun ini 5,03 persen," kata Surya di Batam.
Dalam pembahasan rapat internal di DPRD, Surya mengakui pihaknya kesulitan jika tarif listrik Batam tak dinaikkan.
Soalnya, tarif listrik Batam dan Belakangpadang saja berbeda.
Di Belakangpadang, tarif listrik golongan R1 dengan daya 2.200VA sudah Rp 1.467 per KWh, sedangkan Batam masih Rp 970 per Kwh.
"Menurut saya memang harus dinaikkan. Soal mau dinaikkan sekaligus atau bertahap, saya pribadi prinsipnya jangan sampai menganggu ekonomi. Di sisi lain, jangan sampai dampak pelayanan listrik jadi tak baik. Kehandalan listrik Batam jadi terganggu," ujar politisi dari Partai Demokrat itu.
Namun Surya mengusulkan kenaikan tarif dilakukan secara bertahap dua kali.
Dari informasi yang didapat DPRD dari pertemuan itu, inflasi diperkirakan rendah pada Maret mendatang.
Bulan itu dinilai waktu yang tepat untuk penyesuaian tarif listrik ini. Tahap kedua bisa dilakukan pada Oktober nanti.
"BI memperkirakan inflasi rendah pada Bulan Maret. Mungkin saat itu musim panen raya, komoditi banyak di pasar. Kebutuhan terpenuhi, dan harga barang tak terlalu tinggi. Malah diharapkan bisa deflasi pada Maret," kata Surya.