TRAGIS. Diduga Tak Sempat Lari, Satu Keluarga Terpanggang saat Rumahnya Terbakar
Seorang warga bernama Topan (50) yang menempati kontrakan di samping rumah Nedy menggambarkan bagaimana kalutnya suasana saat kebakaran terjadi.
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muchamad Tuny (56) belum sepenuhnya terbangun dari tidur ketika ia mendengar bunyi berisik pada bagian atap rumahnya.
Awalnya ia tidak menggubris dan kembali lelap dalam tidurnya. Namun hawa panas kemudian ia rasakan. Betapa kagetnya ketika ia membuka mata dan melihat api sudah berkobar di atap rumahnya.
Pada waktu bersamaan, ia mendengar teriakan-teriakan orang dari luar rumah. Tuny bergegas berdiri dan membangunkan istri dan dua anaknya.
“Saat saya bangun api sudah besar. Saat itu sekitar pukul tiga pagi. Saya langsung bangunkan anak dan istri. Kami semua lari menyelamatkan diri karena api sudah sangat besar,” kata Tuny kepada Warta Kota.
Pada Senin (8/5/2017) sekitar pukul 03.00 WIB, kebakaran hebat menghanguskan sejumlah bangunan di Jalan Cipinang Pulo, RT 11, RW 12, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Warga setempat geger. Dan secara bahu-membahu berusaha memadamkan api dengan berbagai cara.
Tuny, yang pagi itu sudah berhasil menyelamatkan anggota keluarganya, tidak melihat adanya keluarga dari kakaknya yang bernama Muchammad Nedy.
Ia pun mencoba kembali menyusup ke dalam sela-sela kobaran untuk melihat keadaan Nedy sekeluarga.
Namun, karena nyala api makin besar, ia kembali lari keluar dari komplek yang terbakar.
“Saya melihat pintu rumah kakak saya tertutup. Saya sudah kepikiran yang enggak-enggak karena saya tidak melihat mereka menyelamatkan diri,” ujarnya.
Tak lama kemudian, sebelas armada pemadam kebakaran dengan puluhan anggotanya tiba di lokasi.
Mereka menguluarkan selang-selang besar dari jalan besar melalui sebuah gang sempit menuju lokasi kebakaran.
Di saat yang sama, warga masih tak berhenti berusaha memadamkan api dengan ember-ember serta selang berukuran kecil.

Warga juga cemas dengan nasib Nedy dan keluarganya yang tidak kunjung terlihat.
Seorang warga bernama Topan (50) yang menempati kontrakan di samping rumah Nedy menggambarkan bagaimana kalutnya suasana saat kebakaran terjadi.
Ia sempat menyaksikan dari lantai dua tempat tinggalnya bagaimana kobaran api begitu besar bahkan sempat merembet ke sejumlah rumah yang berada di sekitarnya.
“Semua warga panik dan berusaha memadamkan api. Tapi karena lokasi ada di gang sempit memang jadi kendalanya. Saya dan penghuni kontrakan lain juga berusaha membantu memadamkan api dengan air dari kamar mandi,” kata Topan.
Baca: KEREN. Ternyata Ada Kantong Plastik Terbuat dari Singkong. Apa Istimewanya?
Baca: Salah Pakai Mesin Cuci Bikin Boros Air dan Listrik. Cek Tips Berikut Ini
Baca: Hari Ini, 5.000 Orang Anti-Ahok Bakal Gelar Aksi di Kementerian Pertanian
Ia melanjutkan, api hampir menyentuh ke rumah kontrakan yang ia tinggali. Namun beruntung, sebelum api benar-benar menjalar, petugas pemadam kebakaran datang dan memadamkam api.
Meski demikian sejumlah bangunan tidak bisa diselamatkan. Khusunya rumah Nedy dan Tuny yang hanya menyisakan puing-puing.
Terpanggang
Jelang waktu subuh atau sekitar 04.15, petugas pemadam kebakaran berhasil memaksa api padam. Beruntung kobaran api tidak merembet ke bangunan-bangunan di sekitar.
Padahal, amatan Warta Kota, bangunan rumah di sekitar lokasi kebakaran saling berhimpit.
Keluarga yang cemas memaksa ingin segera masuk ke lokasi kebakaran untuk melihat kondisi Nedy dan keluarganya.
Namun petugas berusaha mencegah dan meminta mereka bersabar menunggu api benar-benar padam.
Pada 04.30, ketika sejumlah petugas menyisir area kebakaran, pemandangan miris mereka dapati. Empat orang ditemukan tewas terpanggang di sebuah rumah petakan.
Dugaan warga benar, Nedy dan keluarganya memang tidak selamat dari amukan api.
Keempat orang yang meninggal dalam kebakaran tersebut adalah Muchammad Nedy (57), Siti Maryam (55), Nadia Anisa (17) dan Azis (10).
Mereka merupakan keluarga inti Jumadi, ketua RT 11 yang menjadi salah satu pemilik rumah.
"Nedy dan Siti Maryam adalah orangtua Pak Jumadi (ketua RT), Nadia adalah anak Nedy yang paling bontot, sementara Azis adalah cucu Nedi,” Tuny menerangkan.
Saat ditemukan, menurut Tuny, mereka berada di tiga lokasi terpisah. Yang paling miris, imbuhnya, ketika ia melihat Siti Maryam tewas di dekat sang cucu bernama Aziz.
“Ada yang ditemukan di kamar, ruang tengah dan kamar mandi,” kata Tuny.
Tidak ada yang tahu kenapa sekeluarga itu tak bisa menyelamatkan diri. Namun, menurut Tuny, bisa jadi mereka pingsan terlebih dahulu setelah terkepung asap kebakaran.
Pasalnya, rumah yang ditempati Nedy sekeluarga memang tidak memiliki ventilasi udara. Akses keluar masuk hanya melalui pintu depan. Dan saat itu menurutnya pintu dalam keadaan tertutup.
“Kami tidak tahu kenapa mereka tidak lari. Atau mungkin mereka sesak nafas dulu lalu pingsan saat rumah dipenuhi asap. Soalnya rumah itu memang tidak ada ventilasinya,” jelasnya.
Sepengamatan Warta Kota, rumah milik Nedy dan Tuny yang terbakar berada di sebuah gang sempit.
Gang tersebut hanya memiliki lebar sekitar satu meter.
Sementara, rumah yang terbakar juga cukup kecil dan saling berhimpit satu sama lain. Rumah Nedy hanya memiliki luas sekitar 30 meter persegi, tak jauh berbeda dengan rumah Tuny.
Kata Tuny, rumah mereka adalah hasil dari pembagian warisan.
Tangis haru
Usai dipulangkan dari proses identifikasi di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM), pada siang harinya ke empat jenazah dikembalikan ke rumah duka.
Para kerabat berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa dan ingin tahu langsung bagaimana kronoligi peristiwa mengerikan itu.
Tuny, seakan tidak lelah menceritakan kepada para petakziah bagaimana ngerinya kebakaran yang terjadi pada Senin pagi itu.
Siang harinya sekitar pukul 12.00, empat jenasah dishalatkan di masjid perkampungan.
Ratusan orang memadati areal masjid, termasuk rekan-rekan Nadia Anisa dari SMA 50 Jakarta. Tangisan pecah dari para kerabat usai jenazah dishalatkan.
Tangisan sejumlah rekan Nadia bahkan meraung, ketika peti jenazah yang mengangkut jenasah Nadia mulai diangkat.
Siang itu empat jenazah memang akan langsung dimakamkan. Jasad Muhammad Nedi, Siti Maryam dan Nadia Anisa di makamkan di TPU Prumpung.
Sedangkan Muhammad Azis dibawa dengan mobil ambulance untuk disemayakan di wilayah Depok, Jawa Barat.
Perjalanan menuju ke TPU Prumpung juga diwarnai koor tangis. Ratusan orang berjalan di belakang tiga peti. Orang-orang berkumandang tahmid.
Sebagian lagi masih menangisi kepergian korban dengan cara tragis itu. Pada proses pemakaman juga berlangsung mengharukan.
Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Andry Wibowo mengatakan, dari hasil pemeriksaan, dugaan sementara kebakaran disebabkan akibat korsleting listrik di lantai dua kediaman Muchammad Nedy.
Baca: Produk UMKM Bisa Dipasarkan di Mal. Ini Syarat yang Harus Dipenuhi
Baca: Ahok: Balon Boleh Untuk Selfie Tapi Jangan Diletuskan
Baca: NGERI. Ternyata Petir di Depok Terganas di Dunia dan Sudah Tercatat Guinness Book of World Record
Ia pun menduga ketika peristiwa tersebut terjadi, seluruh korban panik dan tidak bisa keluar karena terjebak api.
Ketika melihat lokasi kebakaran dirinya menilai peletakan bangunan tersebut dalam kondisi mengkhawatirkan.
Sebab hanya ada satu akses jalan keluar. Seharusnya setiap pemukiman harus adanya dua jalan keluar. Sehingga jika terjadi kebakaran ataupun peristiwa tersebut tidak ada yang terjebak.
"Kondisi rumah sangat kacau sekali. Sangat padat. Tidak terdapat jalan penghubung ke jalan lain. Kemudian tidak ada pintu keluar lain selain di depan," ucap dia.
Bantuan
Usai semua jenasah dimakamkan, Wali Kota Jakarta Timur, Bambang Musyawardana, memberikan sejumlah bantuan untuk korban kebakaran.
Pemberian bantuan dilakukan di Sekretariat RW 12 CBU. Bantuan ini bersumber dari Bazis dan Sudin Sosial Jakarta Timur.
Bambang mengatakan, bantuan yang diberikannya itu antara lain berupa uang duka Rp 10 juta. Kemudian sejumlah tikar, selimut dan sembako.
Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban yang diderita korban kebakaran.
"Kami turut berbelasungkawa atas kejadian kebakaran ini dan berharap ke depan tidak ada lagi. Bantuan ini untuk meringankan beban bagi keluarga korban ybag ditinggalkannya," kata Bambang.
Selain memberikan bantuan iu, Pemprov DKI melalui Sudin Kesehatan Jakarta Timur juga mengganti biaya otopsi di RSCM.
Bahkan biaya pemakaman di TPU Prumpung itu digratiskan dari segala pungutan atau retribusi.
Termasuk jika banyak surat-surat penting yang terbakar, seperti ijazah, akta lahir, kartu keluarga, surat tanah dan sebagainya, akan dibantu proses pembutannya. Pihaknya meminta lurah setempat untuk membantu korban kebakaran itu.
Jumadi (40), salah satu anak almarhum Nedy, mengaku berterimakasih pada Pemkot Jakarta Timur yang telah memberikan bantuan.
Walau rumahnya sudah rata dengan tanah dan empat keluarga meninggal dunia namun ia mengaku pasrah. Ia menyebut kejadian ini sudah menjadi takdir Allah swt.
"Kami beriterimakasig pada pemerintsh yang telah memberikan bantuan. Mudah-mudahan ini bermanfaat untuk keluarga kami. Untuk surat-surat yang terbakar kami juga minta bantuannya untuk dibuatkan kembali " kata Jumadi. (*)