Aparat Perancis Bongkar Kamp Pengungsi Asal Afrika dan Afghanistan

Sekitar 350 anggota kepolisian mengambil bagian dalam operasi di daerah Porte de La Chapelle, kata polisi

Editor: Mairi Nandarson
KOMPAS.com
Api melalap kamp hutan Calais, Perancis sejak Selasa (25/10/2016) malam hingga Rabu pagi. Kamp telah dikosongkan, dan para migran telah dipindahkan ke 450 tempat di seluruh Perancis. 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Pihak berwenang Perancis mulai membongkar sebuah kamp pengungsi dari Afrika dan Afganistan di bagian timur laut Paris, kata polisi, Selasa (9/5/2017).

Menurut laporan media lokal, lokasi tersebut menampung sekitar seribu migran yang kebanyakan dari Afrika dan Afganistan.

Sekitar 350 anggota kepolisian mengambil bagian dalam operasi di daerah Porte de La Chapelle, kata polisi.

Operasi serupa terjadi pada November 2016, saat ribuan migran dipindahkan dari sebuah kamp kumuh di ibu kota Paris, yang jumlahnya telah berlipat ganda setelah penutupan yang disebut kamp pengungsi hutan di Calais, Perancis utara.

Sementara itu pada Minggu (7/5/2017), Emmanuel Macron terpilih sebagai Presiden Perancis dengan menjual visi integrasi Eropa yang lebih bersahabat bagi iklim usaha.

Baca: Amerika Siapkan Unit Elite Mata-mata untuk Menyusup ke Korea Utara. Ini yang Akan Mereka Lakukan

Ia sekaligus mengalahkan Marine Le Pen, seorang ultra-nasionalis yang mengancam akan membawa keluar negaranya dari Uni Eropa (UE).

Kemenangan tokoh berhaluan tengah itu juga membuat sejumlah negara Eropa lain bernafas lega.

Sebelumnya, sejumlah negara kunci di UE sempat khawatir atas kembangkitan kelompok populis sebagaimana terjadi di Inggris saat keluar dari UE dan juga terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.

Mata uang euro juga mengalami kenaikan paling signifikan selama enam bulan terakhir dibanding dengan dolar AS.

Macron memperoleh 66 persen suara, sementara Le Pen hanya mendapatkan kurang dari 34 persen.

Baca: Emanuel Macron, Presiden Baru Perancis. Usianya 39 Tahun

Meski menang telak, perolehan Le Pen, yang maju dari jalur partai National Front, merupakan rekor tertinggi bagi partai yang memperjuangkan kebijakan anti-imigrasi tersebut.

Perolehan tersebut juga menjadi tugas berat bagi Macron untuk melakukan rekonsiliasi nasional.

Tantangan terdekat Macron adalah memenangani pemilu parlemen pada bulan depan bagi koalisi partai pendukungnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved