Yumasnur Curhat Soal Karut Marut Lahan, Banjir Hingga Row Jalan yang Menyempit
Jalan mau kami perlebar juga sulit. Karena lahan di kiri dan kanannya sudah dialokasikan. Satu ruas jalan itu ROW-nya beda-beda
Penulis: Dewi Haryati |
Belum lagi soal ROW jalan yang berbeda dari sebelumnya. Dia mencontohkannya dengan ROW jalan yang semula ditetapkan 70 meter, sekarang justru mengecil menjadi 50 meter.
"Jalan mau kami perlebar juga sulit. Karena lahan di kiri dan kanannya sudah dialokasikan. Satu ruas jalan itu ROW-nya beda-beda," kata dia.
Soal banjir, Yumasnur mengatakan antara pengembang yang satu dan lainnya hanya dipisahkan garis batas.
Cut and fill-nya tidak ada pengawasan dari BP Batam. Inipula satu penyebab yang berakibat pada meluasnya titik banjir di Kota Batam.
Di satu sisi, BP Batam ingin memajukan infrastruktur di Batam. Namun di sisi lain, jika terjadi banjir, Pemko Batam yang kerap disalahkan masyarakat.
"Kalau terjadi banjir, Pemko yang tangani. Dari sebelumnya 36 titik banjir, sekarang lumayan parah menjadi 68 titik banjir. Untuk mengatasi banjir itu, kita beli alat berat. Tapi yang mau digali lahan orang," ujar Yumasnur.
Yumasnur mengatakan, jika 30 tahun lalu drainase di Batam masih cukup untuk menampung debit air di kala intensitas hujan tinggi.
Namun sekarang, akibat pertumbuhan dan perkembangan Batam, drainase yang ada sudah tidak cukup lagi.
"Drainasenya mau dilebarkan, kiri-kanan sudah dialokasikan. Akar masalahnya ada di lahan, dan itu bukan kewenangan Pemko," kata dia.
Yumasnur juga menyinggung soal pengalihan aset dari BP Batam ke Pemko Batam. Sudah lima tahun mereka ajukan pengalihannya, namun tak juga terealisasi.
Sampai-sampai aset seperti Balai Latihan Kerja (BLK) di Batuaji, Gedung Beringin di Sekupang, belum lagi dengan Pasar Induk, kondisi bangunannya kini hampir runtuh.
"BLK itu mau runtuh, padahal mau kita gunakan untuk tempat pelatihan pekerja. Gedung Beringin mau kita rawat. Kita ajukan pengalihan aset Damkar di Belakangpadang ke Pemko dan rumah susun ke Kementerian Keuangan, bisa cepat selesai. Ini sudah lima tahun, tak juga selesai," ujar Yumasnur.