Militer Filipina: Pemberontak Maute Culik Ratusan Wanita untuk Tameng

Kelompok pemberontak Maute yang sedang bertempur melawan militer Filipina di Marawi, disebut-sebut menjadikan perempuan sebagai tameng.

AFP/Getty Image
Serangan bom dari militer Filipina, Selasa (27/6/2017) di Kota Marawi, setelah dua hari gencatan senjata melawan militan Maute. 

Permintaan tebusan sandera oleh keluarga Maute ini ditolak Duterte yang dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak akan tawar-menawar dengan teroris.

Duterte juga menjawab tuntutan itu dengan sejumlah bom yang diletuskan di sejumlah titik di Marawai.

Duterte, Selasa, juga kecewa karena di saat ia menghormati umat Islam dengan gencatan senjata selama dua hari, delapan delapan pemimpin Muslim memasuki zona konflik dan bertemu secara singkat dengan Maute.

Manila mengecam pertemuan itu karena pihaknya berpegang pada kebijakann untuk tidak melakukan negosiasi dengan para teroris.

Sumber-sumber militer Filipina mengatakan bahwa militan itu telah mengeksekusi beberapa pejuang mereka sendiri karena ingin menyerah.

Selain itu, seorang pemimpin mereka, Isnilon Hapilon, disebut-sebut telah melarikan diri dari zona perang dan meninggalkan rekan-rekannya. 

Hanya saja, informasi intelijen itu belum bisa dibuktikan. Pihak Maute juga tidak memberikan konfirmasi tuduhan tersebut.

Sekitar 70 tentara, 27 warga sipil dan 290 gerilyawan tewas dalam pertempuran selama hampir dua bulan itu.

Sedangkan jumlah pengungsi yang meninggalkan Marawi mencapai 246 ribu orang.

Pemerintah Indonesia juga mengerahkan pasukan militer ke perbatasan Filipina untuk mengantisipasi pemberontak yang kabur ke Indonesia.

Sebab, di antara para pemberontak tersebut, disebut-sebut berasal dari Indonesia.

Hal itu dibuktikan dari temuan paspor berkewarganegaraan Indonesia oleh militer Filipina saat melakukan serangan.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved