Terbentur Biaya Operasional, Bank Sampah Sei Lekop Setengah Tahun Mandeg Operasi. Tolong Pak Bupati!
Terbentur Biaya Operasional, Bank Sampah Sei Lekop Setengan Tahun Mandeg Operasi. Tolong Pak Bupati!
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BINTAN-Bank sampah di kelurahan sungai Lekop, Kecamatan Bintan Timur sudah 6 bulan mandek. Hal ini cukup disayangkan, mengingat program ini menuai pujian dan apresiasi masyarakat waktu pertamakali kali diluncurkan.
Baca: BREAKINGNEWS: Kasus Asuransi BAJ, Kejati Tetapkan Jaksa dan Pengacara Bumi Asih Jaya Tersangka!
Baca: Sempat Heboh Gugat Cerai Cucu Soeharto, Begini Kabar Artis Cantik Ini Sekarang!
Baca: Heboh! Artis Teuku Zacky Posting Foto Menangis, Kabarkan Baru Saja Alami Musibah Ini
Kenyataan mandek dibenarkan Lurah Sei Lekop, Muhammad Ridwan alias Iwan. "Ada banyak kendala kami hadapi,"kata Iwan, Kamis (14/9/2017)
Salah satu kendala kata lurah tenaga operasional. Operasional Bank Sampah sejak diadakan dulu dijalankan pengurus karang taruna kelurahan setempat. Namun sudah setahun, karang taruna kata Iwan tidak aktif menjalankan bank sampah. Akhirnya dibuat pengurus baru
Kendala lain pun kesediaan anggaran pemeliharaan dan operasional sehari hari. Sekuat apapun motivasi diberikan kepada pengelola bank sampah pada akhirnya akan mandek juga jika tidak didukung ketersediaan anggaran pengelolaan memadai.
"Kita terbentur dengan biaya. Untuk sekali pengoperasian bank sampah banyak hal harus disediakan. Beli obat, beli minyak, belum lagi biaya perawatan teknis mesin pengola sampah. Mesin itu perawatnnya luar biasa, mesinnya bukan cuma satu, banyak,"kata Iwan.
Pantauan Tribun di lokasi, sejumlah mesin mesin pengolah sampah teronggok begitu saja. Beberapa mesin yang ada rusak dan butuh perbaikan teknis. Mesin mesin yang ada beragam.
Ada mesin pemilah sampah, mesin pengelolahan sampah menjadi pupuk kompos. Teknis kerjanya adalah sampah untuk pupuk kompos diproses oleh mesin menjadi butiran butiran halus. Butiran itu yang kemudian di kumpulkan untuk dikemas menjadi pupuk siap pakai.
Ada juga mesin penghancur sampah serta mesin penghalus sampah plastik menjadi butiran butiran kecil. Nah, menjalan mesin dan mengerjakan bank sampah oleh tenaga manusia butuh anggaran. Kendalanya di situ.
Gara gara mandek, banyak stok sampah saat ini menumpuk di ruang gudang penyimpanan menunggu diolah lebih lanjut. Iwan mengatakan, keterbatasan anggaran membuat kegiatan produksi sampah dengan perawatan mesin tidak seimbang. "Tidak balance antara produksi dan perawatan dan pemgoperasian atau operasional,"kata Iwan.
Sejauh ini kata Iwan, ada upaya untuk terus memberdayagunakan bank sampah di tempatnya. Itu dibuktikan dengan pembentukan pengurus baru dengan melibatkan peranfkat kelurahan seperti ketua RT dan staf kelurahan. Cuma lagi lagi, pembentukan pengurus baru terbentur dengan biaya operasional awal.
Operasional awal berupa pelatihan pengelolaan bank sampah dan mekanisme perputaran bank sampah hingga bernilai ekonomis. "Kebijakan BLH (Badan Lingkungan Hidup), kami diminta membuat daftar kebutuhan untuk operasional. Saya sudah bantu buatkan rinciannya.
Untuk perawatan mesin kami sudah bawkan teknisi waktu itu, tinggal operasionalnya saja. Saya sudah serahkan rincian kebutuhan operasional kepada pengurus baru tapi sampai saat ini daftar itu tidak kembali kembali sampai sekarang,"kata Iwan.
Sampai sekarang, operasional bank sampah tidak berjalan. (*)