Sebaiknya Anda Tahu
Heboh! Inilah Fakta Mengejutkan Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola Galak Berkepala Botak!
Heboh! Inilah Fakta Mengejutkan Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola Galak Berkepala Botak!
“Saya sangat bangga. Penunjukan ini juga penghormatan buat dunia perwasitan Italia," ucap bapak dua anak kelahiran 13 February 1960 itu.
Collina sekaligus mencatat sejarah sebagai wasit Italia kedua yang pernah memimpin final Piala Dunia setelah Sergio Gonella pada 1978.
Pelanggan kartu merah
Padahal, ini ajaibnya, Pierluigi ternyata memulai kariernya di geng serba hitam secara tidak sengaja. Selepas SMU, suami Gianna ini melanjutkan sekolahnya ke Fakultas Ekonomi Universitas Bologna dan lulus dengan sangat memuaskan pada 1984.
Bahkan sejak kecil, tim olahraga favoritnya bukanlah kesebelasan sepakbola, tapi tim basket Fortitudo asal Bologna yang sangat disegani di Seri A-nya basket Italia.
Sejak 1991, dia tinggal di Viareggio dan membina karier sebagai penasihat keuangan, hingga kini.
Akan tetapi, seperti kebanyakan kawan sebayanya, Collina kecil juga gemar menyepak si kulit bundar. Masa kecilnya dihabiskan di kesebelasan Don Orione, Bologna.
Hanya saja, lantaran lebih sering duduk di bangku pemain cadangan, dia akhirnya hijrah ke Klub Pallavicini.
Uniknya, dua tahun bermain sebagai bek tengah, pria yang fasih berbicara dalam beberapa bahasa (termasuk Inggris) itu ternyata cukup sering diganjar kartu merah, lantaran ganjalan-ganjalannya dianggap membahayakan.
Tampaknya, pengalaman sebagai mantan pelanggan kartu merah itulah bekal awal Collina di lapangan hijau.
Sebelum berhak mengusir pemain dari lapangan, dia sudah merasakan sendiri pahitnya diusir wasit.
Suatu ketika, Collina muda cedera. Ketimbang bengong, seorang teman SMPnya Fausto Capuano mengajak remaja cerdas ini mengikuti kursus wasit.
Tak dinyana, aksi iseng-iseng di tahun 1977 itu membuat Pierluigi jatuh cinta.
"Sampai umur 17 tahun, saya masih bermain sepakbola. Tapi setelah kursus wasit, semuanya berubah. Mungkin karena saya bukan pemain bola yang jago banget, ya," jawabnya ketika ditanya mengapa tak meneruskan karier sebagai pesepakbola.
Dasar berbakat, Pierluigi Cuma butuh waktu tiga tahun untuk langsung berkancah di level regional.