Sebaiknya Anda Tahu

Heboh! Inilah Fakta Mengejutkan Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola Galak Berkepala Botak!

Heboh! Inilah Fakta Mengejutkan Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola Galak Berkepala Botak!

Daily Mail
Pierluigi Collina 

Namun, Pablo sendiri terlihat menyodorkan kakinya melintang di depan Owen, meski bola sudah melewati mereka.

Para pemain Argentina yang hendak memprotes membatalkan niatnya karena Collina benar-benar berada di tempat kejadian perkara.

Jika sedang menjadi orang ke-23 di lapangan hijau, Collina memang menjadi sangat serius. Hal ini lantaran dia menganggap semua pertandingan berat.

"Seperti pemain, wasit juga harus berkonsentrasi penuh pada setiap pertandingan yang dipimpinnya. Jika sebuah tim sepakbola menjalani sebuah pertandingan

dengan setengah hati, mereka pasti akan dilibas lawannya. Begitu juga dengan wasit. Kalau enggak serius, dia akan 'kalah', terang ayah Francesca Romaha dan Carolina ini.

Gading retak

Collina juga bernyali besar. Jika ada pemain yang cenderung meneror dan bersikap di luar batas, pria bermata tajam itu bisa bersikap lebih keras lagi.

Tak heran dia selalu memiliki bargaining power kuat di mata para pemain. la pun dikenal sebagai wasit ygng selalu punya persiapan istimewa sebelum tampil di lapangan hijau.

"Saya selalu ingin menjadi bagian dari wasit-wasit terbaik dunia. Motivasi seperti itu sangat penting," katanya.

"Sebagai wasit, tugas saya bukan mengubah permainan. Tapi memuaskan semua orang," imbuhnya.

Masih kata Collina, dia merasa wajib menjaga tontonan sepakbola dengan melindungi para seniman kulit bundar dari cedera, serta mengawasi dengan ketat aksi-aksi diving.

"Pemain harus disadarkan terus-menerus pentingnya menghormati rekan seprolesi. Di Italia, kami berkampanye untuk meninggalkan permainan kasar selama bertahun-tahun. Hasilnya, jumlah pemain yang cedera makin berkurang."

Namun, sekuat apa pun karakter Collina, toh dia tetap bisa berbuat kesalahan. Klub AS Roma bahkan secara resmi meminta Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) agar tak lagi menugaskan wasit kelas dunia itu pada pertandingan mereka selanjutnya.

AS Roma menganggap Collina "membantu" AC Milan menang I - 0 dalam pertemuan kedua klub raksasa itu akhir tahun lalu. Karena gol Filippo Inzaghi pada babak kedua terjadi setelah dia menahan umpan Andriy Shevchenko dengan tangan.

Pieriuigi Collina sebenarnya sempat meragukan gol itu, tapi setelah berbicara dengan penjaga garis, dia akhirnya mensahkan gol semata wayang itu.

Kejadian kedua, saat AS Roma menghadapi Inter Milan. Collina tidak memberikan penalti untuk Roma; ketika Ivan Cordoba menarik kaus Vincenzo Montella.

Padahal, saat itu Montella sedang berancang-ancang menembak ke arah gawang. Sial buat Collina, tayangan ulang televisi menunjukkan, Cordoba jelas-jelas melakukan pelanggaran.

Si "Kojak" juga melakukan kesalahan menjelang akhir pertandingan, dengan memberikan lemparan ke dalam untuk Inter, yang berbuah gol.

Padahal, bukti foto menunjukkan, pemain terakhir yang menyentuh bola adalah pemain Inter, bukan pemain belakang AS Roma, Jonathan Zebina.

Dalam dakwaannya, Collina juga dianggap membuat kesalahan saat memimpin partai AS.Roma melawan Bologna, Modena, Brescia, Lazio, Perugia, Piacenza, dan Parma.

Peristiwa yang menurunkan kredibilitas Collina itu membuka mata, wasit berdedikasi tinggi dan intelek sekelas Pieriuigi pun bisa berbuat salah.

Belakangan, malah bukan cuma Roma yang bersuara senada. Mulai habiskah Collina? Melihat penampilannya di Piala Dunia, mestinya tidak.

Dia tetap pengadil yang akurat. Di Italia pun, hingga Januari 2003 (lepas dari kinerjanya), Collina tetap sosok favorit Asosiasi Wasit Italia.

Wasit yang berdomisili di Viareggio ini tetap mendapat "jatah" lebih banyak ketimbang hakim-hakim lainnya.

Jadi, apa kira-kira penyebab datangnya protes terhadap Collina di Italia? Banyak yang menduga, menurunnya kinerja "Mr. Kojak" itu bukan semata lantaran bertambahnya usia.

Tapi juga kejenuhan dan preferensi pada klub tertentu yang secara alamiah dimiliki setiap pencinta sepakbola, termasuk wasit.

Malang melintang bertahun-tahun di dunia perwasitan jelas bukan pekerjaan yang tak menjemukan.

Sebagai pengadil kelas dunia, Collina sudah mendapatkan semuanya. Ia barangkali butuh tantangan baru.

Kolomnis Italia Gabriele Marcotti pernah menyebut sebuah pendekatan menarik untuk memperbaiki kinerja wasit.

Terutama mereka yang berkiprah di kompetisi lokal nan ketat, seperti Seri A atau Premier League. Yakhi dengan saling bertukar wasit, terutama buat partai-partai berpotensi konflik tinggi.

Jika hakim Skandinavia dipinjam mengadili partai gengsi Juventus - AC Milan, misalnya, dia tak akan terpengaruh perang kepentingan dan urat saraf dua klub besar tadi.

Enaknya, sang wasit pun bisa sekalian refereshing dan memperkaya wawasan, sehingga berpeluang mengurangi preferensi pada klub tertentu.

Namun, Marcotti mengakui, supaya berjalan lancar, standardisasi sistem perwasitan kudu dilakukan. Termasuk menjejali wasit dengan pengetahuan pola kompetisi masing-masing negara.

Contohnya, definisi "pelanggaran" di Spanyol mungkin sedikit beda dengan di Inggris dan Jerman.

Data menunjukkan, wasit di Premier League Inggris meniupkan peluit pelanggaran 30% lebih sedikit ketimbang pengadil di Primera Spanyol.

Pierluigi Collina sendiri kabarnya pernah diundang memimpin partai keras yang mempertemukan klub-klub elite Liga Prancis.

Nah, kalau tradisi seperti ini dijalankan FIFA, fisik dan mental Collina dan kawan-kawan barangkali akan lebih terjaga.Sepakbola pun kian mempesona.

Tips dari si “Kojak” buat calon wasit

Menjadi wasit gampang. Tapi menjadi pengadil yang benar-benar adil dan profesional, jelas tak semudah bicara.

Selain modal karakter kuat seperti dimiliki Collina, cukup banyak persyaratan yang kudu dipenuhi.

Inilah sedikit dari sekian banyak syarat mewasiti pertandingan dengan baik dan benar versi Pierluigi "Kojak" Collina.

1. Inventarisasi tantangan dunia perwasitan. Dibanding 20 tahun lalu, peradilan, lapangan hijau sekarang jauh berkembang. Masuknya sepakbola ke televisi membuatnya ditonton jutaan orang.

Tiap pertandingan di Euro 2000, misalnya, disiarkan langsung oleh 18 kamera dari 18 poisi berbeda. Makin cepat teknologi berkembang, kian besar tantangan wasit.

2. Jangan lawan teknologi, tapi manfaatkan. Dulu televisi tak dapat menayangkan ulang sebuah peristiwa di lapangan. Kini, lewat gerakan lambat dan olah rekam, keputusan wasit bisa ditelanjangi dalam hitungan detik.

Tapi jangan sakit hati, belajarlah dari kesalahan yang ditayangkan televisi. Namanya juga manusia, kesalahan bisa terjadi kapan saja, di mana saja.

3. Sepakbola itu permainan yang mengandalkan kecepatan. Beberapa tahun belakangan bahkan makin kencang. Kondisi fisik yang bagus sangat dibutuhkan, agar bisa selalu berlari, mendekati,

dan mengetahui persis sebagian besar peristiwa di lapangan. Jaga juga kondisi mental, karena sepanjang pertandingan wasit harus bisa berkonsentrasi penuh.

4. Pengadil yang baik harus mengikuti perkembangan dunia sepakbola. Dia harus tahu bagaimana seorang pemain dan sebuah tim bermain. Di era sepakbola modern, pemahaman karakter sangat penting. Jadi, sempatkan waktu mempelajari permainan mereka lewat video tape.

5. Jika ingin berkarier sebagai wasit internasional, tentu harus menguasai beberapa bahasa. Bagaimana mau berkomunikasi dengan pemain, kalau bahasa mereka enggak Anda mengerti?

6. Kiwari, seorang wasit kelas dunia harus menghabiskan waktu berjamjam untuk persiapan sebuah pertandingan. Begitu menyita waktu dan perhatian. So, sudah pantaskah profesi wasit dijadikan ladang mencari uang?

Si "Kojak" cuma menjawab singkat, "Enggak tahu ya, susah juga ngejawabnya." Hmm, analisis sendiri maksud perkataan Collina. Soalnya, dia sendiri hingga kini masih berkarier sebagai penasihat keuangan yang cukup sukses. (Muhammad Sulhi) (Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Mei 2003, dengan judul Collina Galak, Collina Ditolak)

Berita ini telah tayang di Intisari.grid.id dengan judul Inilah Kisah Pierluigi Collina, Wasit Sepakbola yang ‘Galak’ dan Selalu ‘Ditolak’ Klub Besar

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved