Kisah Mata Hari. Wanita Mata-mata Perancis Saat Perang Dunia I yang Pernah Tinggal di Jawa Timur

Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis

Editor: Mairi Nandarson
Mata Hari saat berpose di Paris 

Asumsi lain menilai Perancis yang menciptakan dokumen itu untuk mengambinghitamkan Mata Hari dan memuaskan publik.

Pasalnya, mengapa hanya ada terjemahan resmi? Di mana telegram aslinya?

Kedua teori itu sama-sama berpandangan bahwa Mata Hari hanyalah korban, sedangkan Jerman atau Prancis ingin agar dia dilenyapkan.

Rincian interogasi

Selama bertahun-tahun, rincian interogasi Mata Hari oleh jaksa Pierre Bouchardon tidak bisa diakses para sejarawan.

Namun, berkat dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, asumsi mengenai Mata Hari bisa dipatahkan.

Berdasarkan transkrip interogasi pada Juni 1917, Margarethe Zelle memutuskan untuk mengakui perbuatannya.

Kepada Bouchardon, dia mengaku telah direkrut Jerman sebagai mata-mata pada 1915 di Den Haag, Belanda.

Keputusannya itu dilatarbelakangi keputusasaan untuk bisa kembali ke Paris pada awal perang.

Karl Kroemer, konsul Jerman di Amsterdam, menyanggupi mengirimnya ke Paris, asalkan dia bisa menyediakan informasi secara berkala. Sejak saat itulah Agen H21 diciptakan.

Mata Hari berkeras bahwa dirinya hanya ingin mengambil uang yang ditawarkan kemudian lari.

Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis.

Pengakuan tersebut malah membawanya ke Chateau de Vincennes di pinggiran timur Kota Paris. Mata Hari dituntun ke sebuah tiang di tanah lapang dengan satu tangan terikat.

Sebanyak 12 serdadu mengarahkan senjata api mereka ke tubuhnya.

Beberapa laporan menyebut bahwa dia menolak matanya ditutup. Dia sempat melambaikan tangan ke pengacaranya.

Sesaat kemudian suara letupan senapan terdengar dan Mata Hari jatuh terpuruk dengan lutut menghujam tanah.

Seorang perwira mendekati sambil menenteng pistol dan menembaknya sekali di bagian kepala.

Sesudah eksekusi, tiada seorang pun yang mengambil jasad Mata Hari.

Karenanya, jenazah perempuan tersebut dibawa ke fakultas kedokteran di Paris untuk digunakan sebagai bahan mata kuliah pembedahan.

Kepalanya kemudian diawetkan di Museum Anatomi. Namun, ketika dilakukan inventaris 20 tahun lalu, ternyata organ tubuh itu telah menghilang.(bbc/kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved