Di Tengah Derasnya Warganet 'Hardik' Jennifer Dunn, Wanita Ini Justru Minta Berhenti Menyalahkannya
Di tengah derasnya warganet yang mencibir Jendunn, ada sejumlah lainnya yang justru "membela" Jendunn dan minta tidak menyalahkannya.
Masyarakat Indonesia, terutama perempuan, benar-benar punya energi menakjubkan dalam mempermalukan perempuan lain yang dituduh menjadi selingkuhan. Kenapa ada istilah pelakor atau valakor untuk perempuan selingkuhan? Sementara tidak ada istilah buat lelaki yang berpacaran dengan istri orang, atau lelaki yang punya affair?
Padahal buibuk dan mzmz, namanya juga affair atau perselingkuhan. Pastinya ada dua pihak yang aktif terlibat. Karena kalau salah satu doang yang maksa, itu namanya penculikan. Faisal Harris dan Ahmad Dhani bukan anak bayi yang dibiarkan ibunya terlantar di pinggir jalan sehingga leluasa dicyiduk orang. Mereka manusia dewasa, punya otak dan hati yang mampu membuat keputusan.
Ketika Ahmad Dhani memutuskan bercerai dengan Maia dan menikah dengan Mulan, itu adalah keputusan yang dilakukan Ahmad Dhani dengan sadar. Enggak ada adegan Mulan menaruh golok di leher Ahmad Dhani saat upacara pernikahannya. Lalu kenapa kita selalu memusatkan kesalahan pada Mulan serta perempuan-perempuan tertuduh perusak rumah tangga seolah perselingkuhan diciptakan oleh satu orang saja? Menjadikan mereka bulan-bulanan dan bersorak sorai mempermalukakan perempuan-perempuan ini?
1. Solidaritas semu
Sebagai sesama perempuan kita berusaha saling mendukung dengan tidak ‘mencuri barang’ milik perempuan lain. Tapi solidaritas semacam ini justru ‘mengaburkan’ pandangan kita terhadap problem yang sesungguhnya. Solidaritas sejati antar perempuan terjadi bila kita lebih bijak melihat duduk persoalan dan tidak memfokuskan kesalahan pada pihak perempuan yang dituduh selingkuhan. Kenapa ada perempuan mau menjalin affair dengan lelaki beristri?
Apakah dari awal perempuan itu sudah tahu bahwa si lelaki sudah berumah tangga? Bila sudah tahu, apa yang dikatakan dan dilakukan lelaki tersebut sehingga perselingkuhan tetap terjadi? Seorang teman saya pernah menjalin hubungan dengan lelaki yang sudah beristri. Hubungan yang awalnya iseng tersebut menjadi lebih serius karena si lelaki terus-terusan membanjirinya dengan perhatian dan sering bercerita betapa tidak harmonis hubungan ia dan istrinya. Bila menjadi istrinya, apakah kita tega memukulnya di depan umum, menuduhnya pelacur dan menyebarluaskan videonya di medsos? Masih tega? Ya sudah, kita lihat alasan-alasan lainnya.
Baca: Ini Alasan Sebenarnya! Shafa Blak-blakan Ungkap Alasannya Rekam Aksi Labrak Jennifer Dunn!
Baca: ALAMAK. Shafa Dipukul Ayahnya usai Melabrak Jennifer Dunn
2. Lelaki tak bisa menahan nafsu, perempuan harus suci
Sejak dulu kala kita dicekoki narasi selir dan gundik. Perempuan-perempuan ini selalu digambarkan berbahaya, jagoan di ranjang dan siap memangsa semua lelaki, apalagi yang sudah beristri. Sementara masyarakat memandang lelaki memiliki sifat maskulin yang mana ditunjukkan dengan dorongan seksual yang menggebu-gebu.
“Lelaki itu ibarat kucing garong. Disodorin ikan asin, ya dimakan lah,” kata seorang teman lelaki. Di sinilah masalahnya. Kita menganggap lelaki itu binatang, bukan manusia. Enggak bisa mengontrol hasrat seksualnya. Selalu ingin menebar benih di mana-mana. Apalagi pas musim kawin.
Sejak tahun 1900 ilmuwan sudah memperkenalkan konsep Coolidge effect, yaitu simbolisasi kecenderungan hewan jantan mengawini hewan betina yang berbeda-beda. Di tahun 1910, Carl Jung menulis surat kepada Sigmund Freud, “Rahasia pernikahan yang bahagia bagiku adalah izin menjadi tidak setia.”
Ujung-ujungnya perempuan yang harus menahan diri supaya tidak menarik perhatian lelaki beristri. Istri juga mesti merawat diri agar lelaki tidak selingkuh. Selain merawat diri, wajib pula melayani suami agar pernikahan tetap bahagia. Sungguh sebuah beban tanggung jawab yang luar biasa.
3. Lebih mudah marah terhadap selingkuhan daripada ke suami
Ahli hubungan pernikahan, Charles J Orlando memaparkan bahwa lelaki yang berselingkuh umumnya paham mereka sedang menyakiti istri yang dicintainya. Mereka tahu risiko kehilangan keluarga dan dampak negatif pada reputasinya. Tapi karena ada kebutuhan dan keinginan yang tidak dipenuhi, mereka tega berbohong pada istri dan keluarganya. Seringkali mereka juga berbohong kepada selingkuhannya dengan mengaku masih single.