Bertemu 'Jabal Nur' di Gua Pandan walau Harus Jalan Jongkok dan Lewati Jelatang yang Super Gatal
Jadi kalau berkunjung ke Gua Pandan, usahakan berada di spot ini tepat jam 12 siang dan ketika matahari sedang bersinar garang.
Untuk blusukan ke dalam gua, kami diminta memakai sepatu boot yang sudah disediakan. Semuanya masih baru.
Meskipun ukuran sepatunya kebesaran, tapi rupanya tak mengurangi kadar kekerenan kami.
Setelah semua beres, kami pun siap menuju Gua Pandan. Jarak dari rumah Pak Tri Joto ke Gua Pandan hanya sekitar 2 km.
Beberapa dari kami naik motor, dan sisanya menumpang mobi. Di suatu pertigaan terpasang plang sederhana bertuliskan Gua Pandan. Di sinilah kami memarkirkan mobil dan melanjutkan berjalan kaki.

Plang sederhana penunjuk arah Gua Pandan
Jalan menuju Gua Pandan cukup lebar, bahkan untuk dilewati kendaraan roda empat. Jalurnya berupa jalan tanah yang membelah perkebunan warga yang ditumbuhi tanaman lada, pisang, dan pepaya. Di sepanjang jalan yang kami lewati juga bertebaran pecahan batu granit yang tertumpuk begitu saja di pinggir jalan.
Dari namanya, siapa pun pasti bisa menebak bahwa nama gua ini berhubungan dengan pohon pandan. Tapi saya gak nyangka, kalau tanaman pandannya bisa begitu besar. Saking besarnya, bahkan hampir menutupi pintu masuk gua. Malah katanya, dulu tanaman pandannya lebih besar dari ini.

Tanaman pandan di pintu masuk gua
Sebelum masuk ke dalam gua, pak Tri Joto membagi-bagikan headlamp. Karena jumlahnya terbatas, jadi cuma beberapa orang saja yang kebagian.
Untung saya sudah bawa headlamp dari rumah. Headlamp ini merupakan salah satu benda yang selalu ada dalam ransel saya.
Pintu masuk ke Gua Pandan berupa lubang besar di tanah dengan diameter sekitar 6 meter. Dari jauh, gak bakal kelihatan kalau di situ ada lubang. Untuk pengaman, di sekeliling lubang diberi pagar berupa tali.
Bergantian, kami pun turun menapaki batu-batu dan perlahan-lahan mulai masuk ke dalam perut bumi. Selamat datang kegelapan! Selamat datang petualangan!

Bagian gua yang harus dilewati dengan jalan jongkok
Lapang dan bersih. Itulah kesan pertama yang saya rasa sewaktu berada di dalam Gua Pandan. Aroma tanah basah memenuhi rongga penciuman.
Sesekali angin membawa wangi pandan masuk ke dalam gua. Untung kami memakai sepatu boot bersol karet. Karena tanah dan bebatuan di dasar gua cukup licin ketika dipijak.
