YA TUHAN! Demi Dapat Jatah Makan, Anak-Anak Rohingya Terpaksa Dinikahkan. Begini Kisah Piluhnya

Banyak anak perempuan Rohingya yang menikah dini di Bangladesh hampir tidak mengenal calon suaminya.

Associated Press
Anak-anak perempuan Rohingya mengantre untuk mendapatkan air di kamp-kamp pengungsi di Teknaf, Bangladesh, pada Desember 2016. Anak perempuan Rohingya terpaksa menikah di usia dini demi mendapat jatah bantuan makanan. 

Bantuan pangan yang diberikan pada keluarga pengungsi Rohingya adalah sebanyak 25 kilogram beras per keluarga yang dibagikan tiap dua minggu.

Jumlah bantuan tersebut dengan perhitungan tiap keluarga terdiri dari lima orang.

Kenyataannya banyak keluarga lebih besar dari itu.

Muhammad Hassen yang memiliki keluarga dengan 10 anggota termasuk tujuh anak perempuan jelas tidak mendapat pasokan pangan yang cukup.

Dia pun mengaku tak kuasa menahan untuk tidak menikahkan salah satu putrinya, Arafa, yang beri berusia 14 tahun.

Baca: Gara-gara Kasus Rohingya, Kota Oxford Cabut Gelar Kehormatan untuk Aung San Suu Kyi

"Seandainya kami berada di Rakhine saya tidak akan terburu-buru menikahkan anak saya. Saya petani dan memiliki sawah. Saya bisa memberi makan anak-anak saya. Tapi di sini saya tidak dapat melakukannya," ujarnya.

Banyak anak perempuan Rohingya yang menikah dini di Bangladesh hampir tidak mengenal calon suaminya.

Fatima, yang dinikahkan saat berusia 12 tahun sama sekali tidak mengetahui apa itu pernikahan.

"Orangtua saya menikahkan saya karena tidak mampu memberi makan saya. Saat menikah saya hanya berpikir suami saya yang akan memberi makan saya dan tidak mengerti apa yang akan dia lakukan terhadap saya," kata dia. (kompas.com/ Agni Vidya Perdana)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved