Di Yerusalem, Umat Muslim, Kristen dan Yahudi Bersatu Menentang Israel. Begini Pergerakan Mereka
Di tengah sulitnya hidup di kota kelahirannya ini, warga Palestina tetap bersatu sebagai keluarga besar meski berbeda agama.
Abeer Zayaab sendiri pernah ditahan setelah sebelumnya dipukul, dilepas jilbabnya dan dijambak pada 2014.
Tanpa ada alasan, saat ia tengah berjalan, tentara memukul leher dan kaki Abeer lalu menarik jilbabnya.
Baca: Yerusalem yang Sakral bagi Tiga Agama, Berulang Kali Direbut, Dihancurkan, dan Dibangun Kembali
"Mereka menuduh saya menyerang tentara padahal saya tak berbuat apa pun dan saya sedang berjalan saat mereka menyerang saya. Mereka pukul leher dan kaki saya sampai terjatuh, dan tentara perempuan menyeret saya... saya dipukul dan ditendang dan diseret di jalan dan di tangga. Jilbab saya dilepas dan saya dijambak," cerita Abeer.
"Saya mengatakan silakan lihat rekaman kamera yang dipasang di jalan, namun mereka mengatakan kamera rusak," tambahnya.
BBC Indonesia menyaksikan video Abeer di YouTube dan terlihat polisi menjambak rambutnya dan menariknya ke kantor polisi.
Setelah muncul tekanan, kamera yang dipasang pemerintah Israel di jalan-jalan akhirnya dikeluarkan dan Abeer terbukti tak melakukan apa-apa dan dibebaskan.
"Perempuan lain tak seberuntung saya karena ada yang merekam insiden itu. Sebagian dipenjara antara tujuh sampai delapan tahun. Kalau tak ada yang menolong saya, saya akan dipenjara selama itu tanpa melakukan apapun," ujar Abeer.
Abeer mengatakan ia sebelumnya masih berharap bahwa anak-anaknya akan menikmati hidup jauh lebih baik dibanding kehidupan yang dia rasakan sekarang.
"Keputusan Trump "menghacurkan mimpi raktyat Palestina untuk memiliki negara setelah bertahun-tahun pendudukan dan ketidakadilan," tambah Abeer.
"Sebagian orang sangat frustrasi, apa jadinya kalau kami sudah tak punya harapan lagi?" tanyanya.(kompas.com/bbc)
