Begini Nasib Ketua BEM UI Zaadit Taqwa Usai Acungkan 'Kartu Kuning' kepada Jokowi
Bak seorang wasit di pertandingan sepak bola, Zaadit Taqwameniup peluit dan mengacungkan 'kartu kuning' kepada Jokowi.
TRIBUNBATAM.ID, JAKARTA - Ada kejadian tak disangka ketika Presiden Joko Widodo menghadiri acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia (UI), Jumat (2/1/2018).
Saat Jokowi selesai berpidato, Ketua BEM UI Zaadit Taqwa tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya.
Bak seorang wasit di pertandingan sepak bola, Zaadit Taqwameniup peluit dan mengacungkan 'kartu kuning' kepada Jokowi.
Tentu saja itu bukan kartu kuning sesungguhnya, Zaadit Taqwamenggunakan sebuah buku yang kebetulan berwarna kuning.
Baca: Terungkap! Inilah 3 Alasan Zaadit Berani Acungkan Kartu Kuning untuk Jokowi di UI
Baca: (Video) Air Laut Banjiri Rumah Warga Tanjung Uma! Siap-siap Besok Banjir Masih Mengintai!
Karena aksinya itu, Zaadit Taqwa harus digiring Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) ke luar ruangan acara.
Ia selanjutnya dibawa ke Pengamanan Lingkungan Kampus (PLK).
Lantas bagaimana nasibnya usai acungkan 'kartu kuning' kepada presiden?
Menurut pengakuan Zaadit Taqwa, ia hanya dimintai keterangan usai melakukan aksi tersebut.
Ia juga menambahkan tak ada kekerasan kepadanya.
"Tidak ada (kekerasan), cuma diminta keterangan saja, diminta identitasnya. Aksi ini dilakukan spontan, karena sebenarnya niatnya sudah ada tapi berubah-ubah rencana, menyesuaikan kondisi di dalam juga," ujar Zaadit Taqwa mengutip dari Tribunnews.
Berikut videonya:
Alasan Acungkan Kartu Kuning
Zaadit menjelaskan, pengacungan buku panduan berwarna kuning terhadap Presiden dengan maksud memberikan peringatan agar menyelesaikan permasalahan bangsa.
"Kita bawa tiga tuntutan, dan kita sudah sampaikan lewat aksi di stasiun (Universitas Indonesia)," tutur Zaadit.
Tiga tuntutan tersebut, kata Zaadit, pertama terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah.
Lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.
"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.
Tuntutan kedua, terkait Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.
"Kita tidak ingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak ingin ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," papar Zaadit.
Sedangkan tuntutan ketiga, yaitu persoalan Permenristekdiktir tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
"Kita tidak ingin mahasiswa dalam bergerak atau berorganisasi dan berkretasi itu dikungkang oleh peraturan yang kemudian dibatasi ruang gerak mahasiswa," papar Zaadit.
"Itu tadi buku paduan suara. Karena pengawasan lumayan ketat tadi pas masuk ke dalam, makanya kita pakai buku itu, biar bisa masuk," tutur Zaadit.
Jokowi Tidak Tersinggung
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi memastikan, Presiden tidak tersinggung dengan aksi mahasiswa UI yang mengacungkan kartu kuning tersebut.
"Terhadap aksi ini, Presiden Jokowi biasa saja, enggak tersinggung," ujar Johan seusai acara tersebut.
Presiden tetap mengikuti acara hingga selesai. Ia juga tidak memerintahkan apa-apa kepada jajarannya terkait peristiwa tersebut.
(Tribunnews/Kompas)