Motion
Rumah Kreatif Ini Ajari Anak-anak Melukis Gratis
Rumah Kreatif itu sendiri didirikan oleh Semi Samsidar. Setelah menyandang status sarjana, Semi pulang ke desanya, Kawal.
Penulis: Thom Limahekin |
Tawaran tersebut rupanya langsung disambut hangat oleh para orang tua. Sesuai kesepakatan, anak-anak itu bisa belajar melukis secara gratis di Rumah Kreatif. Namun, semua peralatannya dibeli sendiri oleh orangtua mereka.
"Ada orang tua yang titipkan uang supaya sayalah yang membeli alat-alat melukis untuk anak-anak mereka," terang Semi.
Namun, Semi sendiri memberikan perlakuan yang lebih berbeda dengan anak-anak yang lebih serius menekuni seni lukis. Mereka mendapat bimbingan lebih dari anak-anak yang lain.
"Nah itu baru ada bayarannya. Itu pun sukarela saja," ujar Semi. (*)
Bermula dari Lukisan Sketsa Wajah
MELUKIS sketsa wajah, itulah talenta yang dimiliki oleh Semi Samsidar.
Wanita berhijab ini mulai menekuni bakatnya itu saat duduk di bangku kuliah, sejak 2014 silam. Alasannya begitu sederhana.
"Awalnya saya melihat sketsa wajah bisa dikembangkan sebagai sebuah usaha di Tanjungpinang," ungkap Semi kepada Tribun.
Wanita yang selalu berkecimpung dalam dunia seni lukis ini lalu menuangkan segala talentanya. Di sela-sela waktu menyelesaikan tugas kuliah, dia tekun melukis sketsa wajah. Dia memulainya dari wajah para sahabat dan orang-orang kesayangan.
"Ada rasa bangga tersendiri saat melukis wajah orang kesayangan," ucap wanita yang pernah berkuliah di Umrah Tanjungpinang ini.
Semi mula-mula melukis wajah Tina, sahabat karibnya dari Batam. Setelah itu, dia melukis lagi wajah-wajah sahabatnya yang lain. Mereka adalah Mamerta, Siti dan lainnya.
"Saya selalu jadikan hasil lukisan sebagai kado buat mereka," ungkap Semi.
Lambat laun, hasil lukisan Semi mulai terkenal di mana-mana. Tidak hanya sebatas Tanjungpinang, beberapa lukisan sudah dipesan oleh orang-orang yang tinggal di Bandung, Bogor, Pekanbaru, Malang dan Jakarta.
"Bahkan ada orang Singapura yang memesan lukisan saya," ujar Semi.
Ketika hasil karyanya mulai dikenal luas, Semi mulai berani menetapkan harga setiap lukisan. Awalnya dia hanya mematok harga lukisan paling murah senilai Rp 25 ribu. Namun, setelah itu, dia sudah bisa memasang harga yang lebih tinggi lagi.
"Maklum saya tinggal di Tanjungpinang, agak jauh dari orangtua di Kawal. Saya mau cari uang sendiri dari usaha saya," ungkap Semi.
Tekad Semi untuk mencari uang sendiri berbuah baik. Tidak hanya uang makan, dia juga bisa meringankan beban orangtuanya dalam hal biaya kuliah dari hasil lukisannya.
"Yah, saya bisa dapat uang untuk kuliah dari hasil lukisan," aku alumnus FKIP Bahasa Indonesia Umrah Tanjungpinang ini. (*)
