HEBAT! Ilmuwan ITB Ini Ubah Bungkus Mi Instan jadi Minyak untuk Kompor. Harganya Sangat Murah!

Bayangkan jika sampah plastik di rumah Anda bisa diubah menjadi bahan bakar minyak (BBM) dan digunakan untuk memasak.

ULIA ALAZKA
Kompor menyala menggunakan bahan bakar minyak hasil olahan sampah plastik. 

Dia mencontohkan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Pulau kecil ini kesulitan mengakses BBM, sementara sampah plastiknya menumpuk sebagai dampak dari industri pariwisata.

"Nah, kalau itu kita manfaatkan sebagai energi bahan bakar cair, seharusnya pulau-pulau kecil itu bisa terpenuhi kebutuhannya dengan sampah plastik yang ada di industri pariwisata," kata doktor lulusan Fakultas Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Tokyo.

Hasil pemanasan sampah plastik berupa gas akan dikondensasi menjadi minyak yang ditampung di sebuah wadah. Foto: JULIA ALAZKA

Perilaku masyarakat

Merakit reaktornya juga terbilang mudah. Tingkat kesulitannya hampir sama dengan merakit kompor minyak.

Meski demikian, Pandji menyadari bakal ada kendala dalam proses pemasarannya, terutama dalam hal mengubah perilaku masyarakat.

"Karena ini teknologi baru, dari sisi komersial mungkin orang akan ragu-ragu, apakah layak membeli ini. Artinya, saya sekarang sudah bisa punya elpiji, punya kompor minyak tanah sendiri, kenapa saya harus mengeluarkan uang untuk mengolah plastik menjadi minyak?" kata Pandji, memprediksi.

Di samping itu, ada persoalan dalam proses pirolisis, yaitu keluarnya bau yang menyengat.

Namun menurut Pandji, persoalan itu bisa diupayakan agar dalam prosesnya, bau tidak bocor ke lingkungan sekitar.

"Begitu pakai sampah plastik itu, ada bagian yaitu bagian pewarna. Ini yang kita tidak bisa lawan baunya. Dan memang proses pirolisis ini lebih diutamakan supaya dia tidak bocor ke lingkungan. Jadi akan lebih mahal karena kita tidak ingin ada efek-efek ke lingkungan sekitar," ungkap Pandji.

Dari sisi keamanan, penggunaan minyak sampah plastik memiliki risiko yang sama dengan minyak tanah. Pandji mengingatkan, setiap bahan bakar memiliki risikonya masing-masing sehingga masyarakat harus selalu berhati-hati dalam menggunakannya.

"Saya tidak berani bilang ini sepenuhnya aman, tidak berbahaya. Pasti risikonya ada. Tapi kalau dilihat dari manfaatnya ada dua lalat yang tertangkap dengan sekali tepuk. Dari sisi energinya dan dari sisi sampahnya," ujar dia.

Bahan bakar minyak dari bungkus mi instan yang dihasilkan melalui proses pirolisis. Foto: JULIA ALAZKA

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved