INSPIRASI
Kisah Herayati, Anak Tukang Becak yang Lulus Cum Laude di ITB, Semangatnya Luar Biasa!
Sikap pantang menyerah melawan keterbatasan tampaknya pantas ditiru dari seorang perempuan berusia 20 tahun bernama Herayati ini.
Hera bercerita, dia mulai tertarik untuk masuk ITB sejak berada di kelas sembilan SMP.
"Saya masuk ITB tahun 2014. Awalnya diceritakan sama guru SMP yang alumnus ITB, dan Beliau ternyata dapat beasiswa full. Dari situ Hera pengen kuliah tapi dapat beasiswa full," ujarnya.
"Nah yang Hera tahu cuma ITB doang. Yang dipikiran cuma ITB dan ITB. Selain itu, Hera juga suka sama kimia pas SMA. Dan jurusan kimia terbaik di Indonesia memang ada di ITB."
Keinginan masuk ITB pun sempat dia utarakan kepada kedua orangtuanya.
Orangtuanya, meskipun berpendidikan rendah, terus mendukung penuh keinginan putrinya.
"Tetangga bilang sama Bapak, 'Sudah Pak, Hera mah dikuliahin saja'. Nah pas Hera bilang mau ke ITB, orangtua sebenarnya khawatir tapi enggak pernah bilang 'jangan'. Jadi mungkin khawatirnya dipendam," ujar Hera.
"Bahkan orangtua saya bilang, masalah biaya urusan belakangan yang penting masuk dulu," sambungnya.
Begitu masuk SMA, Hera pun mulai mengerjakan soal-soal seleksi perguruan tinggi.
Bahkan, dia sempat mendapatkan beasiswa untuk belajar di bimbingan belajar persiapan seleksi perguruan tinggi.
"Pas kelas XII ikut try out SBMPTN yang ada soal ITB-nya. Se-Banten saya dapat peringkat empat. Peringkat 1-5 se-Banten dikasih beasiswa di bimbingan belajar itu," kata Hera.
Perempuan yang dulunya bersekolah di MAN 2 Cilegon ini rupanya masuk ke ITB melalui jalur SBMPTN.
Saat pendaftaran SNMPTN ia sempat tak diterima di ITB.
Saat daftar seleksi bersama itu, dia juga mendaftar beasiswa bidik misi.
"Tapi sebelum masuk ITB, saya lebih dulu diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta. Tapi, universitas itu mewajibkan untuk menyetorkan uang daftar ulang dulu," ujar Hera.
"Karena sebelumnya belum tahu keterima di ITB, jadi Hera ambil. Daftar ulangnya, orangtua saya bahkan sampai jual emas," katanya.