BATAM TERKINI
Biasa Mancing di Perbatasan, Simak 7 Fakta Nelayan Batam Ditabrak Kapal Patroli Polisi Singapura
Kejadian penabrakan nelayan Pulau Lekang oleh Polisi Singapura memunculkan kegusaran pada nelayan karena korban ditinggal setelah ditabrak.
Penulis: Alfandi Simamora |
4. Dekat dengan Belakangpadang, Kampung Sendiri
Pulau Sei Kijang atau Sei Jang dan Pulau dua memang sudah masuk wilayah Singapura. Meski demikian lokasinya sangat dekat dari Belakangpadang, pusat kecamatan yang juga gugusan pulau terbesar yang masuk wilayah Kota Batam.
Para nelayan juga sudah mengetahui wilayah itu adalah perairan Singapura.
"Kalau mengenai pulau Sei Kijang dan Pulau Dua, nelayan kita juga sudah tahu bahwa itu bukan wilayah kita. Cuma karena di sana mungkin ikannya lebih banyak dan sudah biasa mancing di sana, mereka sering ke sana," ungkap Kombes Pol Benyamin Sapta.
5. Paham Ganasnya Patroli Singapura
Memancing di daerah perbatasan antarnegara memang berpotensi memunculkan masalah. Namun para nelayan mengaku sejak zaman nenek moyang para nelayan yang tinggal di Pulau lengkang, sudah biasa memancing di area perbatasan.
Bahkan mereka sangat paham akan ganasnya polisi perairan Singapura. Jumat Bin Karim, Ketua RT Pulau Lengkang mengakui, perlakuan keras Police Marine Guard Singapura juga sudah sering dihadapi.
6. Senjata Menakutkan: Ombak Buatan
Menurut pra nelayan Batam sejumlah insiden kerap terjadi saat berhadapan dengan Polisi Singapura saat memancing di perairan Out Port Limited (OPL) antara perbatasan Batam dan Singapura.
Tindakan yang pernah dialami antara lain didata identitasnya, diusir dari lokasi, hingga ditenggelamkan. Kapal Police Marine Guard Singapura bahkan mampu membuat ombak yang bisa mengkaramkan kapal nelayan.
Hanya saja jika dengan menenggelamkan menggunakan ombak buatan para nelayan masih toleran. Namun aksi penabrakan seperti yang terjadi saat ini dianggapnya sudah keterlaluan.
7. Saling Bantu Saat Musibah
Karena ketatnya pengamanan Police Marine Guard Singapura tak heran para nelayan harus main kucing-kucingan. Bahkan mereka siap beradu strategi ketika terjadi sesuatu.
Para pemancing biasa melakukan aktivitas mulai pukul 07:00 WIB pagi sampai pukul 16:00 WIB. Merka berangkat dengan jumlah nelayan sekitar 30 hingga 60 kapal, karena satu speedboat lebih dari satu orang.
"Kasus kapal dikaramkan terkadang terjadi sampai dua kali dalam sehari. Namun karena banyak nelayan di sana, kita masih bisa saling menolong jika ada warga yang speedboatnya karam," ungkap Jumat Bin Karim, Ketua RT Pulau Lengkang.
Bagi warga menangkap ikan sudah menjadi keharusan untuk bertahan hidup. Mereka terpaksa harus “melintsi batas” karena di perbatasan Batam dan Singapura itu tergolong masih banyak ikannya yang bisa dipancing.
Kondisi memang sudah jauh berbeda dengan zaman dulu, sebelum pembangunan-pembangunan gugusan pulau berubah menjadi lahan proyek-proyek baru. (als/pwk)