Mengapa Banyak Orang Meninggal karena Gigitan Ular? Simak 4 Penyebabnya
Sekitar 11.000 orang diperkirakan meninggal setiap bulan akibat gigitan ular berbisa
Ini berarti diperlukan berbagai obat karena ular berbisa terdiri dari banyak jenis termassuk kobra, mamba, viper.
Racun ini juga berbeda tergantung dari jenis ular, atau bahkan kelompok ular dari kawasan yang berbeda.
Karena perbedaan ini, obat antibisa biasanya mahal.
Di Amerika Latin, obat antibisa diproduksi di dalam negeri dan disubsidi oleh pemerintah.
Tingkat kematian di sub-Sahara Afrika bahkan lebih tinggi dan obat anti racun ular antara Rp 1,8 sampai Rp 2,6 juta per botol kecil dan diperlukan antara tiga sampai 10 untuk menyelamatkan korban gigitan.
Pendapatan petani di Swaziland, Afrika misalnya sekitar Rp 8,5 juta setahun dan obat seharga ini tentu tak terjangkau.
Obat yang salah
Tingginya korban ular'>gigitan ular menyebabkan banyak obat murah yang kurang manjur beredar di pasaran.
Harga obat antibisa biasanya sekitar Rp 400.000 per botol.
Kondisi dianggap membantu oleh kementerian kesehatan di Afrika dan mulai banyak dijual di sebagian besar benua. Namun sejumlah laporan menyebutkan sebagian obat seperti ini tidak efektif.
Studi kasus skala kecil dari rumah sakit di Ghana dan Republik Afrika Tengah menunjukkan korban justru meningkat dari 2% menjadi lebih dari 10% dengan penggunaan obat murah ini.
Obat anti racun ular ini sering kali menggunakan racun ular dari kawasan yang berbeda.
Misalnya obat yang dibuat dengan ular di India digunakan di Afrika.
Inilah yang menyebabkan ada korban gigitan yang tak tertolong. Ironisnya banyak pabrik besar yang mengurangi pasokan obat yang sangat diperlukan sehingga menimbulkan kekurangan stok.
Tidak diuji coba