ANAMBAS TERKINI

Jauh dari Kondisi Layak, Bigini Cara Sudiarto Sadarkan Pentingnya Pendidikan di Desa Suku Laut

Menjadi guru dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS), ia pun sempat penasaran dengan kehidupan di desa yang pada saat itu cenderung dianggap terdepan

TRIBUNBATAM.id/SEPTYAN MULIA ROHMAN
Sudiarto Sitinjak saat mengajar 

Upaya untuk meningkatkan geliat untuk bisa mengenyam pendidikan, menjadi tantangan tersendiri bagi Sudiarto saat ditempatkan bertugas ‎ di sana.

Mengajak tenaga pengajar yang memiliki visi yang sama dan lebih dulu ditugaskan di desa itu, ia bahkan berkeliling sejumlah dusun di Desa Mengkait.

Dari sana, ia kemudian mendapatkan alasan mengapa anak-anak begitu minim dalam mengenyam pendidikan.

"Masih di tahun 2011, saya perhatikan begitu banyak anak-anak di desa. Namun, yang bersekolah kok sedikit. Setelah kami bertanya dengan sejumlah orangtua di desa, informasi akan pendidikan ini rupanya masih minim diterima mereka. Kami kemudian memberikan pemahaman kepada orangtua tentang pentingnya pendidikan. Meski ada juga yang khawatir darimana uang untuk mendukung anaknya sekolah, seperti uang seragam. Akhirnya kami jelaskan kepada mereka," sebutnya.

Komunikasi yang dilakukan pun, mulai membuahkan hasil. Tiga puluh orang anak-anak di desa dari berbagai tingkatan umur mendaftar di sekolah yang ia pimpin, dari jumlah pelajar sebelumnya yang hanya di bawah dua puluh orang pelajar.

Minat anak-anak ‎untuk bersekolah makin meningkat saat perwakilan pelajar dari desa itu mewakili Anambas untuk mengikuti O2SN pada tingkat Provinsi Kepri sekitar tahun 2012.

Terlebih, ketika pelajar itu pulang dan menceritakan pengalaman mereka saat berada di luar Anambas. Upaya untuk menyadarkan pentingnya pendidikan pun, mulai berbuah manis dirasakan tenaga pengajar yang mengabdi di desa itu, setelah mendengar beberapa anak asli Desa Mengkait ada yang sudah berprofesi sebagai polisi, pengacara hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Hanya satu keinginan yang belum ia lakukan bersama sejumlah tenaga pengajar di sana. Bagaimana caranya agar anak-anak minimal mendapat pendidikan akhir pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Mengatasi hal ini, pihaknya pernah mengusulkan agar adanya rumah singgah bagi pelajar di pulau yang berlokasi di Tarempa, sehingga anak-anak dari pulau bisa mengenyam pendidikan.

"Kami pernah usulkan seperti itu. ‎Hanya itu yang belum bisa tercapai. Karena di desa ini belum memiliki SMA. Untuk ketersediaan tenaga pengajar pun, kami terbilang minim. Jumlah guru yang ada saat ini enam orang guru. Lima orang berstatus PNS, dan satu orang yang berstatus Guru Tidak Tetap. Sebelumnya, kami pernah mengusulkan agar paling tidak ada sepuluh tenaga pengajar dan ditambah dua guru agama," ungkapnya.(tyn)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved