VIRAL DI MEDSOS

Sosok Dibalik Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar Raniry yang Viral di Medsos

Sosok Dibalik Seorang Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar Raniry yang Viral di Medsos

SERAMBI INDONESIA
Sosok Dibalik Seorang Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar Raniry yang Viral di Medsos 

TRIBUNBATAM.id - Sosok Dibalik Seorang Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar Raniry yang Viral di Medsos.

Di balik sebuah video viral tentu ada sosok yang merekamnya. Kali ini sosok itu adalah Zulmahdi, seorang tenaga honorer di UIN Ar Raniry.

Lelaki yang akrab disapa Jol itu dinilai paling berjasa di balik beredarnya video seorang ayah menggantikan putrinya yang meninggal menerima ijazah di podium wisuda mahasiswa UIN Ar Raniry, Darussalam Banda Aceh, Rabu lalu (27/2/2019).

Hasil karya Bang Jol telah membuat banyak pihak tersentuh. Bahkan siapa pun akan dibuat terharu dan berurai air mata saat melihat rekaman video tersebut.

Melalui postingan terbarunya akun instagram resmi Kampus Biru UIN Ar Raniry @uin_arraniry_official akhirnya buka suara tentang siapa sosok di balik viral itu.

Menurut admin yang mengelola akun, Zulmahdi atau yang biasa dipanggil Jol adalah pegawai kontrak di bagian Humas UIN Ar-Raniry.

Umumnya mahasiswa UIN mengenal sosok Jol.

"Orangnya supel dan ceria, ketawanya bisa membahana satu warung kopi. Bagi yang belum kenal, sosok Jol ini sebenarnya mudah dikenali. Kalau ada sempat lihat orang tenteng kamera muter2 kampus lengkap dengan tripot tergantung di badan macam pasukan perang siap tempur, maka itulah Jol sang videografer. Jol, adalah sosok yang bekerja dalam diam, walau orangnya sangat ribut. Kerjanya nyata walau kadang seperti makhluk halus karena dia tak mau terlihat.
Jangan tanya beliau ada terharu gak waktu edit video viral itu. Ini mimin bagi tau, jangankan air memgembun di pelupuk mata, ingus pun turut meler saking terharunya. Video itu adalah yang paling sulit, bukan karena rumit, tapi karena terenyuh yang amat sangat. Kita yang melihat videonya saja bisa nangis bombai macam baru siap rajang bawang satu truk, maka sosok Jol ini jauh lebih dari itu, semua keharuan bertumpu padanya," demikian pengakuan admin @uin_arraniry_official memberi keterangan pada sebuah foto Jol bersama Bukhari, seorang bapak menjadi tokoh utama dalam video yang ia rekam.

Menurut admin video itu sengaja dibuat untuk menjadi pelajaran bagi setiap orang, bahwa bagi orang tua anaknya adalah kebanggan dan sumber kebahagiaannya.

"Pun bakti anak untuk orang tua adalah fitrah yang (tidak) tersekat oleh ruang dan waktu, sekalipun sudah berada di lain alam," tulis admin.

Tak lama diunggah foto Jol bersama Bukhari, ayah alamarhumah Rina Muharami langsung banjir komentar.

Jelang Pernikahan, Gadis 18 Tahun Ini Mendadak Hilang & Kabur dari Rumah, Ditemukan Setelah 4 Bulan

Ramalan Zodiak Jumat 1 Maret 2019 - Aries Luangkan Waktu Berpikir Positif, Libra Cinta Sedang Rumit

Setelah Viral di Media Sosial, Begini Nasib Murid yang Unggah Video Kata-kata Kasar kepada Gurunya

Akun @teukughufran menulis, Bang Jol ini emang keren, segala urusan di rektorat juga kalau sama bg jol gak di persulit. Barakallah fik bang Jol. NAIK KAN GAJI BANG JOL. Lalu ada akun @anza.anza.908347 menulis, video yg spektakuler,syarat akn makna,aq yg keras n susah nangis ae bs nangis bombai gara2 liat video ini,cz ngingetin wisudaq th lalu.

Beberapa pemilik akun lainnya juga memberi apresiasi atas karya Jol. Seperti akun @melyarahmii menulis, baca komentar aja bisa nangis, dgr aluni bacaan tanpa lihat vidionya nangis, lihat vidionya berapa kalipun tetap nangis, air mata tak bisa dibendung akibat pelajaran yang sangat berharga ini serta banyak lainnya yang berkomentar simpati dan apresiasi.

BUKHARI (kiri), ayah almarhumah Rina Muharrami saat menerima ijazah anaknya dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin, pada wisuda lulusan universitas itu di Auditorium Prof Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh, Rabu (27/2).
BUKHARI (kiri), ayah almarhumah Rina Muharrami saat menerima ijazah anaknya dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin, pada wisuda lulusan universitas itu di Auditorium Prof Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh, Rabu (27/2). (FOTO HUMAS UIN AR-RANIRY)

Seperti diketahui video tersebut bercerita tentang kisah Rina Muharrami, mahasiswi UIN Ar Raniry yang seharusnya hadir menerima tanda ijazah dari rektor pada akhirnya harus digantikan ayahnya, karena mahasiswi yang bersangkutan telah tiada.

Bahkan kisahnya menjadi viral dalam berita dan tersebar di berbagai media sosial. Kisah mengharukan ini berawal dari sebuah video yang diunggah di akun instagram UIN Ar Raniry, Rabu (27/2) dalam kegiatan hari kedua wisuda mahasiswa UIN Ar Raniry di kampus tersebut.

Dalam video ini tampak seorang bapak berpakaian kemeja ikut dalam antrean barisan mahasiswa yang akan diwisuda.

Saat nama Rina Muharrami dipanggil MC sang bapak tersebut menghampiri podium dan seperti layaknya mahasiswa lain, Rektor UIN Ar Raniry Prof Warul Walidin menyerahkan sebuah map tanda kelulusan sebagai sarjana. Saat momen itu berlangsung, sontak seisi ruangan auditorium tempat wisuda berlangsung tiba-tiba hening.

Terdengar suara MC membacakan biodata singkat sang mahasiswi yang telah almarhum itu. “Rina Muharrami, lahir 16 Mei 1996. Rina Muharrami telah meninggal dunia karena sakit pada tanggal 5 Februari 2019. Ijazah diterima oleh ayahandanya...”

Suara MC yang mendoakan almarhumah terdengar agak terbata dan tenggelam dengan suara aplaus para hadirin.
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin dan Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kelembagaan UIN Ar-Raniry, Dr H Gunawan MA PhD, terlihat tidak mampu menahan keharuannya. Sang Rektor tampak memeluk sang bapak yang menundukkan kepalanya. Tidak sedikit para peserta, dosen dan undangan berurai air mata melihat momen tersebut.

Sosok lelaki tegar itu adalah Bukhari yang merupakan orang tua dari alm Rina Muharrami, Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry. Gadis kelahiran Bayu, 16 Mei 1996 itu, merupakan putri pertama dari empat bersaudara, yang lahir dari pasangan Bukhari dan Nurbayani

Rina menjalani sidang skripsi pada 24 Januari 2019 pukul 12.00 WIB. Namun, tiga belas hari setelahnya, yaitu tepat pada tanggal 5 Februari 2019 Rina dipanggil oleh Sang Pencipta sebelum Subuh atau tepat pukul 04.15 WIB. Rina meninggal dunia setelah menderita penyakit tifus stadium akhir hingga berujung pada saraf seperti dilansir situs
uin.ar-raniry.ac.id.

"Meninggal karena sakit tifus, cuma udah parah. Kata dokter pas malam terakhir, atau pas besoknya dia meninggal, saya jenguk dan saya tanya hasil pemeriksaannya sama ayah almarhumah. Ternyata tifus udah tahap paling tinggi, sampai kena saraf," cerita Nisaul Khaira yang merupakan sahabat dekat almarhumah sejak semester lima.

Rina, menderita penyakit tifus kurang lebih selama satu bulan. Bahkan dirinya sempat koma dan dirawat di ICU Rumah Sakit Meuraxa, Kabupaten Aceh Besar.

"Sebenarnya demamnya udah sebulan gitu, naik turun udah berobat kemana-mana. Cuma mulai drop lebih kurang 4 hari, dan koma di ICU Meuraxa sampai dia meninggal sebelum Subuh jam 04.15. Allah lebih sayang Rina," kata Nisaul.

Di kalangan sahabatnya, almarhum dikenal sosok yang sangat menginspirasi, tekun dan terkenal sederhana. Ia terlahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai petani.

"Orangnya super simple dan perhatian luar biasa sama sahabat-sahabatnya. Kalau sama saya, dia selalu ketawa walaupun lagi sakit. Kemarin pas sidang bawaannya ketawa-ketawa aja karna saya buat lucu gitu. Pokoknya dia inspirasi untuk saya pribadi, karena dia, kenapa saya bisa niat kejar skripsi. Dia motivator bagi saya," lanjut Nisa.

Di lain waktu keseharian almarhumah juga merupakan guru ngaji. Selain kesederhanaan yang dimilikinya, ia juga merupakan mahasiswa yang berprestasi. Rina dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Ia juga mampu menguasai bahasa Jepang dengan baik, dan termasuk mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. Ia lulus dengan predikat istimewa dengan indeks prestasi kumulatif 3.51.

"Anaknya aktif, baik, pintar. Bahasa Jepang-nya juga bagus," kata Muzakir Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan seperti dikutip Serambi dari laman situs uin.ar-raniry.ac.id.

Menurut Muzakir sebelum meninggal, almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda pada semester ini.

"Seluruhnya sudah diselesaikan, namun sebelum yudisium, Rina sudah duluan dipanggil oleh Allah, sehingga ia tidak sempat mengikuti proses yudisium," ujarnya. Lalu muncullah niat dari pihak Prodi yang berinisiatif mengundang ayah kandung Rina untuk tetap hadir pada saat hari wisuda.

"Kami menyematkan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina, dan juga terhadap perjuangan Rina sendiri, dan tepat hari ini (Rabu), ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," tutur Muzakir.

Dikunjungi rektor

Sementara itu pihak UIN Ar Raniry menyerahkan toga beserta selempang kepada keluarga almarhumah Rina sebagai kenang-kenangan.

Toga itu diserahkan Rektor UIN Ar Raniry Prof Dr Warul Walidin MA yang datang mengunjungi rumah almarhumah sehari setelah wisuda berlangsung, Kamis (28/2) sore.

Rektor UIN Ar Raniry Prof Dr Warul Walidin MA yang datang mengunjungi rumah almarhumah sehari setelah wisuda berlangsung, Kamis (28/2/2019) sore. Rektor juga menyerahkan toga diterima kedua orang tua almarhum, Bukhari dan  Nurbayani dengan tangan bergetar dan mata berkaca-kaca.
Rektor UIN Ar Raniry Prof Dr Warul Walidin MA yang datang mengunjungi rumah almarhumah sehari setelah wisuda berlangsung, Kamis (28/2/2019) sore. Rektor juga menyerahkan toga diterima kedua orang tua almarhum, Bukhari dan Nurbayani dengan tangan bergetar dan mata berkaca-kaca. (SERAMBINEWS.COM/FB BUDI AZHARI)

Toga diterima kedua orang tua almarhum, Bukhari dan  Nurbayani dengan tangan bergetar dan mata berkaca-kaca.

Di hadapan rombongan takziah UIN, tampak tak banyak kata yang bisa diucapkan Bukhari.

Ia hanya mengatakan terima kasih karena pihak kampus masih memberi kesempatan kepadanya untuk mengambil ijazah anaknya, meskipun sang anak sudah tiada.

“Saya rasa, ini (ijazah) adalah yang terbaik yang ditinggalkan oleh anak saya, saya rasa cuma ini, saya tidak sanggup tidak berbicara lagi,” tutup Bukhari dengan suara terseda-seda.

Ia langsung menutup sambutan dan duduk, karena suaranya tampak semakin berat saat bercerita tentang anaknya.

Namun kepada Serambi sang ayah masih mampu bercerita banyak tentang sang anak. Berbeda dengan istrinya Nurbayani, ia tampak terus mengeluarkan air mata saat menceritakan kisah perjalanan hidup anaknya.

Ia mengisahkan, Rina merupakan satu-satunya anaknya yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sedangkan dua adiknya menempuh pendidikan di pesantren dan yang paling bungsu masih bersekolah SMP.

Karena ayahnya seorang tukang bangunan dan ibunya bertani di sawah, tentu perjuangan Rina dalam menempuh pendidikan dalam serba keterbatasan.

Di saat tidak kuliah Rina sering membantu ibunya pergi ke sawah. Pada waktu luang yang lain, Rina pun mengajar ngaji anak-anak di balai pengajian yang ada di depan rumahnya.

Ustaz Adi Hidayat bersama kedua orang tua Rina Muarami.
Ustaz Adi Hidayat bersama kedua orang tua Rina Muarami. (SERAMBINEWS.COM/IST)

Menurut Nurbayani, untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya Rina sering berupaya sendiri. Misalnya, untuk membeli laptop, maka Rina langsung mengusahakan sepetak sawah milik orang tuanya, yang hasilnya untuk membeli laptop.

“Memang saya sangat usahakan untuk kuliah Rina, kadang saya mengupah di sawah orang, hasilnya saya kasih buat uang minyak dia. Tapi mungkin sudah di sini ajalnya. Memang dalam hidup kita ini ada kesenangan dan ada kesedihan,” ujar ibunya sambil terus membasuh air mata dan memeluk erat toga pemberian kampus.

Sang ayah juga bercerita, jika anaknya pernah bercita-cita berkuliah di Jepang, karena ia memang bisa berbahasa Jepang. Namun Bukhari tidak mengizinkannya, karena ia khawatir anak gadisnya jauh dari keluarga.

Namun setelah selesai pendidikan sarjana, kepada ayahnya, Rina pernah mengungkapkan keinginannya melanjutkan S2 sambil bekerja sebagai guru Bahasa Jepang.

Karena cita-citanya kelak ingin menjadi dosen. Namun pada kesempatan lain, kepada sang ibu Rina juga pernah mengungkapkan jika selesai di kampus ia ingin mengaji di pesantren.

Dalam sebuah perjuangan memang tidak pernah ada yang sia-sia. Setidaknya kisah Rina Muharrami menjadi contoh, betapa setiap keringat orang tua harus dihargai dengan sepenuh jiwa oleh setiap anak yang sedang menempuh pendidikan.

Sampai akhir hayatnya, Rina masih terus berjuang demi meraih sebuah kado terakhir untuk sang ayah, selembar ijazah sarjana yang ia impikan. Alfatihah untuk Rina Muharrami, sang sarjana muda dari Kampus Biru UIN Ar Raniry. (*)

Sosok Dibalik Seorang Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar Raniry yang Viral di Medsos

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Ini Sosok di Balik Video Viral Seorang Ayah Gantikan Anaknya Terima Ijazah di Wisuda UIN Ar raniry

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved