Mengapa Tanggal 2 Mei Ditetapkan Menjadi Haridknas, Berikut Makna dan Sejarahnya

Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa yang merupakan sebuah tempat yang memberikan kesempatan bagi penduduk pribumi biasa untuk dapat m

TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA
Ki Hadjar Dewantara 

Untuk mengerti sejarah Hardiknas dan makna Hari Pendidikan Nasional lebih jauh, ada semboyan terkenal milik Ki Hadjar Dewantara yang hingga kini masih digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Semboyan tersebut adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada (dari depan, seorang pendidik harus memberikan teladan yang baik).

Ing Madya Mangun Karsa (dari tengah, seorang pendidik harus dapat menciptakan prakarsa atau ide).

Serta Tut Wuri Handayani (dari belakang, seorang pendidik harus bisa memberi arahan).

Makna dari “Ing Ngarsi Sun Tulodo” dapat diartikan bahwa sebagai seorang pemimpin, harus memiliki sikap serta perilaku yang patut untuk menjadi di contoh oleh pengikutnya.

Sedangkan “Ing Madyo Mbangun Karso” dapat diartikan bahwa seorang pemimpin juga harus bisa berada di tengah-tengah untuk dapat membangkitkan atau membentuk niat para pengikutnya untuk terus maju dan melakukan inovasi.

Kalimat terakhir adalah “Tut Wuri Handayani” yang berarti bahwa seorang pemimpin jika berada di belakang.

Kalimat terakhir ini pun dapat diartikan harus dapat memberikan motivasi serta dorongan untuk semangat kerja bagi para pengikutnya.

Siapa Sebenarnya Ki Hajar Dewantara 

Siapa sebenarnya Ki Hajar Dewantara dan bagaimana perjuangannya sampai hari ini ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional?

Mungkin, tak banyak yang tahu jika nama Ki Hajar Dewantara bukanlah nama asli yang diberikan untuk pelopor pendidikan Indonesia itu sejak kecil.

Ya, nama kecilnya adalah Soewardi Soerjaningrat.

Baru pada 1922, nama Soewardi Soejaningrat ini diubah menjadi Ki Hajar Dewantara.

Soewardi diketahui sebagai anggota keluarga Kadipaten Pakualaman karena di depan namanya disematkan gelar 'Raden Mas', sehingga menjadi Raden Mas Soewardi Soerdjaningrat.

Ia menamatkan pendidikan di sekolah dasar Eropa/ Belanda dan melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved