Perang Dagang AS vs China Kembali Berkobar, Rupiah Tersungkur
Hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin memanas akibat isu perang dagang membuat rupiah tersungkur
Indeks Standard & Poor’s 500 jatuh karena berita tersebut, bersama dengan saham yang sensitif terhadap perdagangan termasuk Caterpillar Inc., Apple Inc. dan saham Semiconductor Deere & Co. juga menurun.

Imbal hasil 10-tahun AS Treasury turun enam basis poin menjadi 2,47%, sebagian besar penurunan karena munculnya berita kenaikan tarif.
Dolar AS juga jatuh terhadap yen dan mempertahankan penurunannya di awal perdagangan Asia-Pasifik pada Selasa dan bertahan di atas posisi terendah.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan kemunduran China dari negosiasi perang dagang tersebut sudah kian jelas selama kunjungan mereka ke Beijing pekan lalu.
"Itu berubah selama akhir pekan ketika Tiongkok mengirimkan draf baru perjanjian yang isinya mereka menarik kembali pembicaraan mereka terhadap sejumlah masalah yang memiliki potensi mengubah kesepakatan dengan sangat dramatis," kata Mnuchin.
Padahal dalam pembicaraan tersebut, Mnuchin mengklaim sekitar 90% dari pakta permasalahan keduanya telah diselesaikan.
Tapi China kemudian dituding ingin membuka kembali masalah-masalah yang telah dinegosiasikan. "Kami tidak mau kembali pada dokumen yang telah dinegosiasikan di masa lalu," katanya.
Trump menegaskan bahwas ia berencana menaikkan tarif barang-barang China dengan nilai perdagangan US$ 200 miliar menjadi 25% dari 10%.
Trump juga mengatakan, AS dapat mengenakan bea terhadap perdagangan dengan China senilai US$ 325 miliar yang akan memukul hampir semua impor dari negara Asia.
"Penting bagi kedua belah pihak untuk terus terlibat dalam hal ini. Ini adalah dua ekonomi terbesar di dunia dan mereka perlu mengatasi masalah perdagangan mereka," kata Clete Willems, seorang mantan pejabat pemerintah yang terlibat dalam pembicaraan China hingga baru-baru ini.
Tetapi Willems mengatakan langkah menaikkan tarif seharusnya tidak mengejutkan bagi siapa pun.
"Satu-satunya alasan mereka telah mencapai sejauh ini dan membuat banyak kemajuan ini adalah karena telah bersedia menerapkan tarif dan telah mengindikasikan bahwa ia akan terus meningkatkanjika masalahnya tidak diatasi," katanya.
Baik Lighthizer dan Mnuchin menolak keluhan kelompok bisnis bahwa kenaikan tarif dalam beberapa hari tidak akan memberi perusahaan waktu yang tepat untuk merencanakan.
Keduanya mengatakan Trump selalu memperingatkan bahwa tarif dapat dinaikkan pada daftar impor senilai US$ 200 miliar dengan bea masuk 10% pada September.
Kedua negara memberlakukan bea atas total barang masing-masing US$ 360 miliar tahun lalu.
Trump dan Presiden China Xi Jinping telah mengumumkan "gencatan senjata tarif" pada 1 Desember untuk memberi waktu bagi para perunding untuk mencapai kesepakatan.