Kisah Sederhana Manusia Tertua Indonesia yang Pernah Temani Soekarno di Lereng Gunung Kelud

Tak ada yang bisa memastikan usia Mbah Arjo, yang telah dirawat di RSUD Mardi Waluyo, Wlingi, sejak Jumat (17/5/2019) malam

Editor: Mairi Nandarson
SURYA/IMAM TAUFIQ
Mbah Arjo Suwito, manusia tertua di Indonesia asal Dusun Sukomulyo, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar 

Saat itu, mbah Arjo yang baru sebulan menghuni lokasi itu menemukan bangunan yang terpendam tanah pegunungan.

Ditemui Minggu (14/1/2018) pukul 09.00 WIB lalu, ia sedang duduk di rumah sederhana dengan ukuran 3 x 4 meter.

Dinding rumahnya berasal dari bambu (gedek), namun sebagian belum dianyam dan cukup dipaku. Atapnya terbuat dari alang-alang bercampur jerami.

Pernah Temukan Candi di Gunung Kelud, <a href='https://batam.tribunnews.com/tag/mbah-arjo-suwito' title='Mbah Arjo Suwito'>Mbah Arjo Suwito</a> Manusia Tertua di Indonesia Meninggal di Usia 193 Tahun dan Tinggalkan Sebuah Wasiat

Pernah Temukan Candi di Gunung Kelud, Mbah Arjo Suwito Manusia Tertua di Indonesia Meninggal di Usia 193 Tahun dan Tinggalkan Sebuah Wasiat. SURYA/IMAM TAUFIQ

"Sejak saya tinggal di sini (1990-an), ya ini rumah saya. Ini saya tempati dengan anak perempuan saya," tutur Mbah Arjo.

Saat itu ia bicaranya masih lancar, namun mengaku sudah setahun kesulitan jalan.

Sejak tak bisa jalan itu, ia tak bisa beraktivitas apapun.

Meski hidup di tengah hutan, ia mengaku tak kesulitan air bersih atau kebutuhan makan lainnya.

Di dekat tempat tinggalnya, ada sungai dengan air yang cukup jernih.

Untuk makanan, ia mengandalkan sayur yang ditanam sendiri, seperti daun singkong, dan bayam.

Untuk beras, ia mengaku mendapat jatah beras raskin dari pemerintah.

"Kalau nggak dapat jatah beras, ya saya sudah biasa cukup minum air putih saja," paparnya. Ditanya usianya berapa?

Mbah Arjo mengaku sudah 200 tahun. Soal tahun kelahirannya, ia mengaku lupa dan hanya ingat harinya, yaitu Selasa Kliwon (pada Subuh).

Ia kelahiran Desa Gadungan yang berjarak sekitar 8 kilometer dari tempatnya sekarang ini.

"Kalau dikait-kaitkan dengan peristiwa jaman dulu soal masa kecil saya, ya saya sudah lupa."

"Namun, ketika jaman penjajah Jepang, saya sudah beristri yang keenam kali."

"Sebab, kelima istri saya itu meninggal dunia, sehingga saya menikah lagi dan dapat istri orang Ponorogo, namanya Suminem. Ia meninggal dunia ketika Indonesia merdeka," paparnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved