Pemerintah Hong Kong Bersumpah Buru Pendemo Anarkis, Beijing Ingatkan Negara Lain Tidak Ikut Campur
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengutuk aksi anarkis yang merusak lembaga negara dan bersumpah akan mengejar seluruh pelaku.
Sebelumnya, saat polisi menjaga demo damai, sekelompok orang melempari polisi dengan zat kimia beracun sehingga 13 personel harus dilarikan ke rumah sakit.
Zat yang dilemparkan tersebut diduga pembersih saluran air.
Carrie Lam membantah pemerintah tidak menanggapi tuntutan mereka yang memprotes RUU tersebut, karena pemerintah selalu mencarikan jalan keluarnya.
"Kami belum menanggapi setiap permintaan karena alasan yang baik," katanya.
“RUU itu akan kedaluwarsa atau RUU itu akan mati pada Juli 2020, ketika masa berlakunya Legco saat ini berakhir. Itu adalah respons yang sangat positif terhadap tuntutan yang telah kami dengar.”
Pihak legislatif sebelumnya juga memastikan bahwa RUU itu tidak akan pernah terlaksana karena mereka belum akan membahasnya.
Kekerasan, yang dilakukan oleh kebanyakan pemuda bertopeng yang mengenakan helm, berada pada skala yang mengejutkan kota.
Komisaris Polisi Stephen Lo Wai-chung membantah bahwa polisi sengaja membiarkan situasi untuk mendapatkan dukungan publik setelah pada demo pertengan Juni lalu dikecam karena melakukan kekerasan.
Dia mengatakan, polisi tidak punya pilihan selain mundur dan mengatur kembali strategi mereka saat pendemo mengepung Gedung Legco.
Dia menekankan, prajuritnya telah melindungi bangunan selama hampir delapan jam dsan berharap pelaku demo bisa menahan diri.

Perang Opini Internasional
Demo anarkis tersebut menimbulkan pro dan kontra internasional.
Donald Trump menyebutkan bahwa aksi tersebut adalah bagian dari demokrasi.
Kepada awak media di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa demonstrasi yang terjadi di Hong Kong merupakan keinginan dari massa dalam mencari demokrasi.
"Saya pikir sebagian besar orang menginginkan demokrasi. Sayangnya, ada pemerintah yang tidak menghendakinya," ujar Trump seperti dilansir AFP.