Pemerintah Hong Kong Bersumpah Buru Pendemo Anarkis, Beijing Ingatkan Negara Lain Tidak Ikut Campur
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengutuk aksi anarkis yang merusak lembaga negara dan bersumpah akan mengejar seluruh pelaku.
POLISI TEMBAKKAN GAS AIR MATA
PENDEMO LUKA-LUKA:
Ketika ratusan ribu orang berbaris dengan damai di jalan-jalan pada sore hari, sejumlah pendemo garis keras malah menerobos masuk ke Gedung Legco, meruntuhkan pagar dan memecahkan kaca-kaca gedung tersebut dengan brutal.
Awalnya , mereka hanya hingga lobi gedung, namun pada malam hari, sebagian pendemo garis keras masuk ke dalam gedung, menguasai ruang sidang utama dan menghancurkan seluruh kantor.
Dinding parlemen dipenuhi oleh tulisan protes, bahkan lambang Hong Kong di ruang sidang utama juga dicoret dengan cat semprot.
Pendemo damai akhirnya memilih membuat barikade dengan berbagai peralatan pengatur lalulintas dan tiang-tiang besi untuk menjaga agar rekan-rekan mereka yang ada di dalam gedung tidak menjadi sasaran polisi.
Polisi yang sudah kadung marah, menggunakan cara yang lebih keras untuk membubarkan demo, tengah malam.
Permohonan mereka untuk tenang diabaikan, termasuk anggota legislatif yang berusaha menenangkan aparat.
Bahkan, anggota legislator pan-demokrat Leung Yiu-chung (66) terlempar ke tanah ketika ia mencoba berdiri di antara pendemo dan polisi.
Polisi juga menembakkan merica ke dalam gedung melalui celah pintu kaca yang sudah rusak sebelumnya.
Pendemo membalas serbuan petugas yang menggunakan topeng tempur dengan bubuk yang kemudian diidentifikasi sebagai kapur.
Kekacauan total mendorong Sekretariat Legco untuk mengeluarkan peringatan merah untuk pertama kalinya.
Dalam sebuah pernyataan darurat bersama, anggota parlemen oposisi dan Front Hak Asasi Manusia Sipil, yang mengorganisir demo mengecam kepala eksekutif karena menolak tuntutan para pemrotes yang telah "mendorong anak-anak menuju keputus-asaan".
Mereka juga mengungkapkan bahwa Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menolak permintaan mereka untuk berdialog untuk mencari solusi dalam mengakhiri krisis politik, Senin.
“Kita tidak bisa marah pada penolakannya terhadap permintaan itu, yang membuktikan 'kesediaannya untuk mendengarkan' menjadi kebohongan politik yang paling buruk,” kata mereka.
"Kesombongan Lam yang diungkapkan oleh tanggapan publiknya sejak 9 Juni hanya menuangkan bahan bakar ke api, dan menyebabkan krisis hari ini. Lam adalah pelakunya. ”

Setelah pada demonstran meerobos masuk gedung parlemen, Senin sore, menjelang tengah malam, ratusan massa menguasai gedung tersebut.
Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, selain menguasai Legco, gedung itu mengalami kerusakan yang cukup parah.
Awalnya para pendemo sempat menahan diri tidak masuk ke dalam gedung, namun entah siapa yang mengomandoi, sejumlah pendemo kemudian mulai melakukan aksi berlebihan.
Dinding-dinding gedung penuh dengan aksi vandalisme menggunakan cat semprot.

Berbagai dokumen bertebaran, bahkan mereka memasuki ruang sidang utama dan mengobra-abrik ruangan tersebut.
Menjelang tengah malam, polisi mengeluarkan peringatan para demonstran bahwa mereka akan segera bertindak untuk membubarkan pengunjuk rasa radikal jika tidak keluar dari Dewan Legislatif Hong Kong tersebut.
Setelah berjam-jam mengepung bangunan itu, menghancurkan pintu kaca dan melepas jeruji logam, para pengunjuk rasa menyerbu masuk ke gedung dengan menyemprotkan grafiti di kamar itu dan merusak potret presiden Legco sebelumnya.
Tindakan para pendemo kali ini sangat kontras dengan demonstrasi damai yang mulai digelar sejak 1 Juli lalu hingga peringatan 22 tahun penyerahan Hong Kong ke China oleh Inggris.
Sebanyak 550.000 pendemo hanya menyuarakan protes mereka kepada pemerintah yang mengajukan RUU ekstradisi.
Aksi demonstrasi mulai bertambah banyak karena pemerintah eksekutif Hong Kong mengabaikan permintaan tersebut.
Selanjutnya, beberapa kali terjadi aksi dengan jumlah lebih besar, bahkan mencapai 2 juta orang pada 16 Juni lalu.
Sayangnya, aksi demo berubah menjadi brutal sejak pekan lalu, ketika pendemo mengepung markas kepolisian dan kemudian memblokade gedung pelayanan publik tiga hari kemudian.
Puncaknya adalah Senin hari ini, melakukan tindakan yang jauh dari damai.
Para pendemo melemparkan zat kimia beracun kepada polisi sehingga 13 aparat harus dilarikan ke rumah sakit.
Departemen Pemadam Kebakaran, Senin malam mengidentifikasi bahwa bubuk yang dilemparkan ke polisi adalah phenylenediamine.
“Itu adalah zat beracun. Ini dapat menyebabkan mata gatal, kemerahan dan kesulitan bernafas. Jika terhirup dalam jumlah besar, itu dapat menyebabkan luka bakar parah pada kulit dan saluran pernapasan,” bunyi pernyataannya.
Hasil penelusuran TribunBatam.id, phenylenediamine atau PPD adalah zat berbahaya yang sering ditemukan pada zat pewarna sepatu, tekstilm bahkan terakhir juga ditemukan pada zat pewarna rambut yang merusak kesehatan.
Untuk mencegah polisi bergerak, para pengunjuk rasa berkumpul di depan barikade di Jalan Lung Wo.
Bahan-bahan barikade dari bahan logam, payung dan larutan garam sedang dilarikan ke garis depan.
Hingga tengah malam ini, para pendemo masih menguasai gedung parlemen.
Berbicara di ruang Legco, seorang pengunjuk rasa mengatakan mereka perlu menduduki legislatif karena pemerintah telah mengabaikan semua tuntutan mereka.
Mereka menyerukan pejabat untuk menarik penuh RUU ekstradisi yang memicu aksi.
Sementara itu, ribuan pengunjuk rasa lainnya yang lebih "moderat" terpaksa memilih untuk tetap bertahan demi melindungi mereka yang ada di dalam Legco
Wong, 22, seorang mahasiswa, telah memutuskan untuk tetap tinggal di sekitar gedung, kecuali jika hidupnya terancam.
"Jika kita pergi, itu akan lebih berbahaya bagi orang-orang di dalam. Aku netral mengenai keputusan untuk menyerbu Legco, tetapi jika orang memilih untuk masuk, kita harus berdiri di sini dan melindungi mereka," katanya.

Dewan Legislatif mengumumkan penangguhan semua layanan publiknya sampai pemberitahuan lebih lanjut setelah kekacauan malam ini.