Terkait Demo Hong Kong yang Rusuh, Beijing Blokir Seluruh Platform Media, Televisi Berubah Hitam
Namun gambar dan video tersebut tidak bisa disaksikan di China karena pemerintah memblokir seluruh platform media. Termasuk televisi dan media sosial
TRIBUNBATAM.ID, BEIJING - Aksi demo Hong Kong yang berujung kerusuhan pada Senin (1/7/20190 tidak hanya mengguncang negara semi-otonomi China tersebut, tetapi juga menjadi isu sensitif pemerintah China.
Gambar-gambar dramatis dari para demonstran yang menyerbu dan mendudduki gedung parlemen Hong Kong serta aksi demonstrasi di seluruh kota yang telah berlangsung selama berminggu-minggu menjadi perhatian dunia.
Namun gambar dan video tersebut tidak bisa disaksikan di China karena pemerintah memblokir seluruh platform media.
Mulai dari saluran televisi, suratkabar, hingga media sosial diblokir oleh Beijing.
• Pemerintah Hong Kong Bersumpah Buru Pendemo Anarkis, Beijing Ingatkan Negara Lain Tidak Ikut Campur
• UPDATE! Demo Hong Kong Rusuh Tengah Malam, Tanpa Ampun, Polisi Menyerbu dengan Gas Air Mata
• Asiknya Demo Hong Kong. Dari Pasukan Payung, Kolektor Plastik Daur Ulang Hingga Spot Instagram
Layar TV langsung menjadi gelap ketika outlet berita asing mem-flash gambar demonstrasi, sementara banyak media asing juga menemukan situs web mereka diblokir di China daratan.
Platform media sosial bahkan tidak membahas apa pun yang terjadi di Hong Kong.
Bagi China, aksi demonstrasi Hong Kong itu merupakan hal yang sensitif karena apa yang diperjuangkan demonstran sangat banyak bersinggungan dengan sistem peradilan di Beijung.
RUU ekstradisi yang ditentang rakyat Hong Kong berisi tentang pemulangan warga asing yang menjadi pelaku kriminal di Hong Kong ke negara asalnya, termasuk China daratan.
Bagi rakyat Hong Kong, RUU tersebut sangat berlawanan dengan kebebasan yang mereka anut selama ini karena proses hukum seseorang jauh lebih penting dibandingkan ekstradisi.
Jika pelaku kriminal dipulangkan ke China daratan, maka sistem hukum tidak menjamin mereka akan diadili secara adil dan para hakim akan lebih memilih untuk mengekstradisi mereka ke China.
Namun, puncak aksi demo tersebut berubah menjadi liar, bertepatan dengan peringatan 22 tahun penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China.
Sebagian pendemo "garis keras" menerobos masuk Gedung Legco, tempat legislatif kota berkantor, merusak seluruh fasilitas gedung dan mengobrak-abrik isi di dalamnya.
Menjelang tengah malam, polisi akhirnya membubarkan demonstran dengan cara yang keras dengan menembakkan gas air mata dan cairan merica.
Sebanyak 54 orang dilaporkan terluka, menurut laporan South China Morning Post, mengutip pihak rumah sakit.
Reaksi Beijing
Hingga saat ini, Beijing masih belum ikut campur dan intervensi terhadap yang terjadi di Hong Kong, namun muncul sejumlah kekhawatiran bahwa mereka akan mengerahkan pasukan ke Hong Kong.
Selain menutup seluruh platform media, Beijing juga melontarkan kritik keras terhadap Inggris yang dianggap ikut "menggerakkan tangan" terhadap negara bekas koloninya selama 100 tahun itu.

Juru bicara menteri Luar Negeri China juga mengecam sejumlah negara yang mendukung aksi demo tersebut sebagai bentuk demokrasi.
"Masalah Hong Kong adalah murni urusan dalam negeri untuk China. Tidak ada negara asing yang memiliki hak untuk ikut campur," kata Menlu Geng Shuang kepada wartawan.
"Baru-baru ini Inggris terus-menerus menggerakkan tangan pada Hong Kong, secara mencolok mencampuri. Kami sangat tidak puas dengan ini dan dengan tegas menentangnya," tambahnya.
Namun sekretaris luar negeri Inggris Jeremy Hunt mengingatkan China bahwa Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris masih berlaku dan Inggris tetap berkomitmen untuk menjunjungnya.
Perjanjian bilateral yang ditandatangani Inggris dan Cina pada tahun 1984, memungkinkan Hong Kong dan sistem pemerintahannya tidak berubah selama 50 tahun setelah penyerahan tahun 1997.
Geng Shuang mengatakan, penyerbuan gedung Legco adalah tindakan melawan hukum yang menginjak-injak aturan hukum kota dan tidak ada negara demokrasi manapun yang bisa menerimanya.
Geng mengatakan, "sangat munafik" bagi mereka untuk tidak menentang atau menegur kekerasan di Hong Kong.
"Ini adalah standar ganda bagi mereka untuk mengatakan mereka mengadvokasi hak-hak protes damai ... Kita semua tahu bagaimana polisi di AS dan Eropa menangani kekerasan dan menegakkan hukum," sengitnya.
Pada hari Senin, yang juga merupakan peringatan 98 tahun berdirinya Partai Komunis China.
Kesabaran Hong Kong Habis
Kesabaran Pemerintah Eksekutif Hong Kong habis setelah aksi demo brutal hingga mengobrak-abrik Gedung Legco, tempat legislatif berkantor, Senin (1/7/2019) malam.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengutuk aksi anarkis yang merusak lembaga negara dan bersumpah akan mengusut kasus tersebut.
Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor mengatakan pada konferensi pers puku; 04.00 dini hari, Selasa, bahwa dia marah dan sedih dengan kekerasan dan kekacauan yang dilakukan pelaku aksi demo Hong Kong.
"Saya sangat marah dan tertekan dan saya sangat mengutuknya," katanya sweperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.
Carrie Lam mengatakan, peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya dan sangat merusak peringatan kembalinya Hong Kong ke pemerintahan China.
“Kami telah melihat dua adegan publik yang sama sekali berbeda. Salah satunya adalah pawai reguler pada 1 Juli. Terlepas dari jumlah peserta pawai, pawai itu damai dan umumnya teratur. Ini sepenuhnya mencerminkan inklusifitas masyarakat Hong Kong, dan nilai-nilai inti demokrasi yang kami lekatkan pada perdamaian dan ketertiban, ” kata Lam di markas besar kepolisian.
“Adegan kedua, yang benar-benar menyedihkan dan mengejutkan banyak orang, adalah kekerasan ekstrim dan perusakan oleh pengunjuk rasa yang menyerbu gedung Dewan Legislatif. Ini adalah sesuatu yang harus kita kutuk dengan serius, karena tidak ada yang lebih penting daripada aturan hukum di Hong Kong. ”

Dia mengatakan pemerintah akan mengejar para pelaku yang melanggar hukum sampai tuntas.
Lam menggelar jumpa pers dengan wakilnya, Kepala Sekretaris Matthew Cheung Kin-chung, Sekretaris Keamanan John Lee Ka-chiu dan Komisaris Polisi Stephen Lo Wai-chung.
Dia berharap masyarakat luas setyuju bahwa kekerasan itu harus dikutuk, dan masyarakat akan kembali normal sesegera mungkin.
Seperti diberitakan sebelumnya, selama beberapa jam pada hari Senin malam, gedung Dewan Legislatif di Admiralty diduduki para pendemo dalam ukuran dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ratusan besar pemrotes berusia muda melakukan aksi anarkis hanya untuk menuntut penarikan penuh Rancangan Undang Undang ekstradisi yang kini ditangguhkan pemerintah.
Aksi itu akhirnya berhenti pada tengah malam setelah polisi Hong Kong habis kesabaran.
Ribuan polisi kemudian mengepung pendemo dan menembakkan gas air mata sehingga demo menjadi rusuh.
Rumah sakit setempat mengatakan, setidaknya 54 orang terluka dan dirawat di rumah sakit tersebut.
Sebelumnya, saat polisi menjaga demo damai, sekelompok orang melempari polisi dengan zat kimia beracun sehingga 13 personel harus dilarikan ke rumah sakit.
Zat yang dilemparkan tersebut diduga pembersih saluran air.
Carrie Lam membantah pemerintah tidak menanggapi tuntutan mereka yang memprotes RUU tersebut, karena pemerintah selalu mencarikan jalan keluarnya.
"Kami belum menanggapi setiap permintaan karena alasan yang baik," katanya.
“RUU itu akan kedaluwarsa atau RUU itu akan mati pada Juli 2020, ketika masa berlakunya Legco saat ini berakhir. Itu adalah respons yang sangat positif terhadap tuntutan yang telah kami dengar.”
Pihak legislatif sebelumnya juga memastikan bahwa RUU itu tidak akan pernah terlaksana karena mereka belum akan membahasnya.
Kekerasan, yang dilakukan oleh kebanyakan pemuda bertopeng yang mengenakan helm, berada pada skala yang mengejutkan kota.
Komisaris Polisi Stephen Lo Wai-chung membantah bahwa polisi sengaja membiarkan situasi untuk mendapatkan dukungan publik setelah pada demo pertengan Juni lalu dikecam karena melakukan kekerasan.
Dia mengatakan, polisi tidak punya pilihan selain mundur dan mengatur kembali strategi mereka saat pendemo mengepung Gedung Legco.
Stephen Lo menekankan, prajuritnya telah melindungi bangunan selama hampir delapan jam dsan berharap pelaku demo bisa menahan diri.

Demo Damai Berubah Liar
Pasukan anti-huru-hara menyerbu para demonstran yang tetap bertahan di luar gedung Legco menggunakan senjata gas air mata dan cairan merica.
Kehadiran polisi tak serta-merta membuat pendemo bubar, tetapi mereka melakukan perlawanan dengan bersenjatakan batu dan benda-benda lainnya.
Aksi demo yang merusak peringatan 22 tahun kembalinya Hong Kong ke China berakhir sekitar pukul 01.00 dini hari.
Polisi yang sudah menyiapkan pasukan antihuru-hara di markas mereka, Wan Chai, bergerak dan mengepung pendemo dari berbagai arah.
Pada saat itu, seluruh pengunjuk rasa sudah keluar dari gedung parlemen dan kembali ke area demonstrasi di Harcourt Road, Tim Mei Avenue dan Lung Wui Road, di sekitar komplek Legco.
Polisi maju, membersihkan penghalang jalan dan menembakkan gas air mata saat, memaksa para demonstran mundur sambil membentengi diri mereka dengan payung.
Pada pukul 1 dini hari, polisi berhasil menguasai kembali seluruh wilayah di sekitar badan legislatif.
POLISI TEMBAKKAN GAS AIR MATA
PENDEMO LUKA-LUKA:
Ketika ratusan ribu orang berbaris dengan damai di jalan-jalan pada sore hari, sejumlah pendemo garis keras malah menerobos masuk ke Gedung Legco, meruntuhkan pagar dan memecahkan kaca-kaca gedung tersebut dengan brutal.
Awalnya , mereka hanya hingga lobi gedung, namun pada malam hari, sebagian pendemo garis keras masuk ke dalam gedung, menguasai ruang sidang utama dan menghancurkan seluruh kantor.
Dinding parlemen dipenuhi oleh tulisan protes, bahkan lambang Hong Kong di ruang sidang utama juga dicoret dengan cat semprot.
Pendemo damai akhirnya memilih membuat barikade dengan berbagai peralatan pengatur lalulintas dan tiang-tiang besi untuk menjaga agar rekan-rekan mereka yang ada di dalam gedung tidak menjadi sasaran polisi.
Polisi yang sudah kadung marah, menggunakan cara yang lebih keras untuk membubarkan demo, tengah malam.
Permohonan mereka untuk tenang diabaikan, termasuk anggota legislatif yang berusaha menenangkan aparat.
Bahkan, anggota legislator pan-demokrat Leung Yiu-chung (66) terlempar ke tanah ketika ia mencoba berdiri di antara pendemo dan polisi.
Polisi juga menembakkan merica ke dalam gedung melalui celah pintu kaca yang sudah rusak sebelumnya.
Pendemo membalas serbuan petugas yang menggunakan topeng tempur dengan bubuk yang kemudian diidentifikasi sebagai kapur.
Kekacauan total mendorong Sekretariat Legco untuk mengeluarkan peringatan merah untuk pertama kalinya.
Dalam sebuah pernyataan darurat bersama, anggota parlemen oposisi dan Front Hak Asasi Manusia Sipil, yang mengorganisir demo mengecam kepala eksekutif karena menolak tuntutan para pemrotes yang telah "mendorong anak-anak menuju keputus-asaan".
Mereka juga mengungkapkan bahwa Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menolak permintaan mereka untuk berdialog untuk mencari solusi dalam mengakhiri krisis politik, Senin.
“Kita tidak bisa marah pada penolakannya terhadap permintaan itu, yang membuktikan 'kesediaannya untuk mendengarkan' menjadi kebohongan politik yang paling buruk,” kata mereka.
"Kesombongan Lam yang diungkapkan oleh tanggapan publiknya sejak 9 Juni hanya menuangkan bahan bakar ke api, dan menyebabkan krisis hari ini. Lam adalah pelakunya. ”