Singapura Akhirnya Tangkap 2 Orang yang Main Drone Dekat Pangkalan Militer

Setelah beberapa kali membuat resah, akhirnya dua warga Singapura ditangkap dan diseret ke pengadilan karena memainkan drone sembarangan.

The Straits Times
Ed Chen Junyuan (37) dan Tay Miow Seng (40) didakwa di pengadilan Singapura, Jumat (5/7/2019) karena main drone dekat pangkalan AU Singapura di Bandara Paya Lebar 

TRIBUNBATAM.ID, SINGAPURA - Setelah beberapa kali membuat resah, akhirnya dua warga Singapura ditangkap dan diseret ke pengadilan karena memainkan drone sembarangan.

Dua laki-laki ini didakwa di pengadilan Singapura, Jumat (5/7/2019) hari ini, atas tuduhan menerbangkan drone dekat pangkalan militer tanpa izin.

Ini kasus pertama pertama di Singapura dalam upaya untuk menertibkan para pengguna drone yang sering membuat resah karena mengganggu.

Dua pria tersebut, Ed Chen Junyuan (37) dan Tay Miow Seng (40) didakwa di pengadilan karena memainkan drone dalam jarak lima kilometer dari Bandara Paya Lebar yang merupakan pangkalan AU Singapura.

Kisah-kisah Intel Menyamar, dari Tukang Bakso, Tukang Becak, hingga Jualan Sekoteng Malam Hari

WISATA SINGAPURA - Inilah Panduan Lengkap Pertama Kali Tiba di Bandara Changi Singapura

Perang Dagang, Warga Korea Selatan Mulai Serukan Boikot Produk Jepang

Menurut dokumen pengadilan yang dilansir Kantor Berita AFP, pelanggaran itu terjadi pada 26 Juni lalu.

“Ia adalah pendakwaan pertama membabitkan individu mengikut undang-undang penggunaan drone,” kata pengacara dari Badan Undang-Undang Invictus, Josephus Tan, yang mewakili kedua lelaki tersaebut.

Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), warga wajib meminta izin jika ingin menerbangkan drone untuk tujuan hiburan di radius lima kilometer dari lapangan terbang atau pangkalan militer atau pada ketinggian di atas 60 meter.

Jika terbukti bersalah, dua pria ini terancam denda sehingga Sin$20,000 atau Rp 200 juta lebih atau penjara 12 bulan atau keduanya.

Dua Kali Sabotase Changi

Drone memang menjadi hobi baru dalam beberapa tahun terakhir. Selain diterbangkan menggunakan remote control, drone juga menjadi media terbaru untuk pengambilan foto dan video dari ketinggian.

Selain ada drone yang bisa dipasangi kamera, ada juga drone yang bisa dipasang smartphone.

Masalahnya, pengguna drone mulai ada yang nakal dan tidak mengerti bahwa mereka bisa menimbulkan dampak besar.

Drone. ilustrasi
Drone. ilustrasi (The Straits Times)

Selama Bulan Juni lalu, sudah dua kali "sabotase" drone ini mengganggu Bandara Changi yang termasuk maskapai paling sibuk di dunia.

Terakhir adalah Senin (24/6/2019), drone disebut-sebut menjadi pangkal bala terganggunya  dua penerbangan selain cuaca.

CAAS mengatakan bahwa ada sekitar 25 penerbangan yang terganggu, yakni 15 keberangkatan dan tiga kedatangan ditunda, serta tujuh penerbangan lainnya dialihkan.

CAAS, seperti dilansir The Straits Times mengatakan, Selasa (25/6/2019), bahwa gangguan penerbangan itu akibat kegiatan drone yang tidak sah dan cuaca buruk.

"Sebagai tindakan pencegahan, kedatangan dan keberangkatan pesawat diatur dengan hati-hati untuk jangka waktu pendek antara 20:00-21:00 dan (setelah) 21:00," kata otoritas dalam sebuah pernyataan CAAS.

The Straits Times pada Senin malam melaporkan bahwa pesawat tak berawak ilegal menyebabkan beberapa penerbangan tertunda atau dialihkan.

Termasuk di antara  penerbangan yang terganggu itu Singapore Airlines, Garuda Indonesia dan AirAsia.

Menurut ST, lebih dari satu drone terlihat di sekitar bandara yang membuat penerbangan terganggu.

"Anggota masyarakat diingatkan bahwa pihak berwenang mengambil pandangan serius terhadap operasi pesawat tak berawak yang keliru yang dapat mengancam penerbangan atau membahayakan keselamatan pribadi orang lain. Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang melanggar peraturan," itu ditambahkan.

ST telah melaporkan bahwa papan kedatangan dan keberangkatan penerbangan di terminal Bandara Changi mulai mencerminkan penundaan waktu kedatangan dan keberangkatan sekitar pukul 21.00.

Pengguna media sosial juga melaporkan penundaan.

Drone Ganggu 37 Penerbangan

Kasus drone sebelumnya terjadi Selasa dan Rabu (18-19/6/2019).

Drone tersebut bahkan membuat satu dari dua landasan pacu Bandara Changi terganggu beroperasi.

"Untuk memastikan keselamatan operasi pesawat dan penumpang, operasi satu landasan pacu ditunda sekitar pukul 11 ​​malam pada 18 Juni dan pukul 09.00 pagi pada 19 Juni ," kata keterangan tersebut seperti dilansir TribunBatam.id dari The Straits Times Singapura.

CAAS mencatat bahwa Bandara Changi terus beroperasi dengan satu landasan pacu sementara operasi di landasan lainnya terpaksa ditunda pada waktu tersebut.

Badan itu menambahkan, sekitar 37 penerbangan yang dijadwalkan keberangkatan dan kedatangan ditunda sebagai hasilnya, dengan satu penerbangan kedatangan dialihkan ke Bandara Kuala Lumpur, Malaysia.

Tim multi-agensi yang mencakup CAAS, Grup Bandara Changi, Angkatan Bersenjata Singapura, dan polisi dikerahkan untuk mencari dan menemukan orang yang memainkan drone tersebut.

Investigasi sedang berlangsung, kata otoritas.

Informasi keterlambatan pesawat di Bandara Changi Singapura 

"Pihak berwenang mengambil pandangan serius tentang operasi yang salah dari pesawat tak berawak yang dapat menimbulkan ancaman terhadap penerbangan atau membahayakan keselamatan pribadi orang lain. Otoritas tidak akan ragu untuk mengambil tindakan penegakan terhadap mereka yang melanggar peraturan," kata CAAS.

Dalam akun Facebook-nya, Kementerian Pertahanan Singapura (MIndef) juga merilis bahwa angkatan bersenjata Singapura bergabung dengan tim multi-agensi termasuk personil dari grup Civil Aviation Authority of Singapore, Changi Airport, dan Singapore Police Force untuk mencari drone yang mengganggu penerbangan di Bandara Changi tersebut.

Aktivitas drone ini juga sering mengganggu penerbangan sipil di tempat lain.

Pada Desember tahun lalu, aktivitas pesawat tak berawak yang tidak sah mengganggu penerbangan di Bandara Gatwick, London, selama tiga hari, mempengaruhi sekitar 140.000 penumpang dan 1.000 penerbangan.

Pada bulan Januari, Menteri Senior Negara untuk Transportasi Lam Pin Min mengatakan di parlemen bahwa ada delapan laporan pesawat tak berawak yang terbang dalam jarak 5 km dari Bandara Changi selama tiga tahun terakhir.

CAAS sudfah sering memberikan sosialisasi pada berbagai kelompok tentang aturan menggunakan drone yang saat ini menjadi trend baru masyarakat.

Pada 23 Mei lalu, CAAS membentuk Panel Penasihat Sistem Pesawat Tanpa Awak yang terdiri dari 12 anggota.

Menteri Senior Negara untuk Transportasi dan Kesehatan Lam Pin Min mengatakan di parlemen bahwa CAAS berencana untuk mengembangkan sistem untuk memantau pesawat tanpa awak.

Hal inio akan memungkinkan CAAS untuk memeriksam apakah drone individu beroperasi di bawah izin yang valid, dan mengeluarkan peringatan kepada orang yang melanggar peraturan.

CAAS mengatakan bahwa sebagai bagian dari keterlibatannya, panel akan menjangkau untuk mencari pandangan dan umpan balik dari pengguna, penduduk dan kelompok pemangku kepentingan lainnya sebelum membuat rekomendasinya.

Panel ini akan diketuai oleh pilot veteran Angkatan Udara Singapura, Timothy De Souza, yang juga anggota Dewan Presidensial untuk Hak Minoritas.

Anggota lain mewakili pemangku kepentingan UAS termasuk perwakilan dari industri, kelompok kepentingan, organisasi pelatihan, akademisi, lembaga pemerintah, dan organisasi akar rumput.

Selain itu, sejak awal tahun, juga disusun aturan mengenai program pelatihan online wajib, skema lisensi pilot (pengguna drone), serta persyaratan yang lebih ketat.

Mulai dari sertifikasi parsial atau penuh untuk pesawat tak berawak lebih dari 25kg, yang menghadirkan risiko keamanan yang lebih besar.

Mengintip di Apartemen

Dr5one saat ini tidak hanya sebagai hobi, tetapi juga kadang disalahgunakan untuk mengintip oleh orang-orang tak bertanggung jawab karena banyak drone yang dipasang kamera.

Pada Bulan Mei lalu, seorang pengguna akun Facebook bernama Amelia Yeo mengatakan bahwa dia melihat sesuatu terbang di luar jendela kamar mandi apartemennya ketika dia mandi sekitar jam 5 sore.

Drone mengintip apartemen

Dia mengatakan bahwa jendela toiletnya selalu terbuka karena dia tinggal di lantai 17 sehingga berasumsi tidak ada masalah privasi karena "tidak ada yang langsung di luar itu".

Yeo mengatakan bahwa dia melihat pesawat tak berawak berbentuk pesawat terbang melewati jendelanya beberapa kali, sekitar 50 hingga 100 meter jauhnya, pada "kecepatan yang relatif lambat".

Terakhir kali dia melihat drone itu menuju kondominium Elias Green sebelum terbang kembali ke arah asalnya, di kondominium Ris Grandeur.

Setelah kasus itu, Yeo langsung melaporkan ke polisi dan Pos Polisi Lingkungan Pasir Ris segera menyelidikinya.

"Mengenai apakah drone itu berhasil memfilmkan hal lain atau menyerang privasi siapa pun, saya tidak tahu," tambahnya.

Pada bulan September tahun lalu, sebuah drone terlihat terbang di sekitar perumahan Dewan Perumahan Punggol sedang diselidiki oleh CAAS.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved