BATAM TERKINI
Asal Mula Nama Dapur 12 Sagulung Batam, Berawal Dari 12 Dapur Pembakaran Arang
Pernahkah Anda mendengar nama Dapur 12 di Sagulung Batam? Ternyata ada cerita di masa lalu terkait penamaan Dapur 12 tersebut. Ingin tahu?
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Pernahkah Anda mendengar nama Dapur 12 di Sagulung Batam?
Terletak cukup jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota, Kampungtua Dapur 12 Sagulung ternyata menyimpan cerita tersendiri.
Penamaan Kampungtua Dapur 12 Sagulung diberikan untuk mengenang sejarah.
Kampung ini dahulu kala adalah Kampung Tanjung Atok Itam. Tetapi untuk mengenang sejarah tetua kampung memberi nama Kampungtua Dapur 12.
Sejarah nama Dapur 12 diambil dari aktifitas masyarakat di kampung.
Di mana sekitar tahun 1930 hidup segelintir orang Melayu.
Bersama mereka ada seorang kaya china yang membuka usaha pembakaran arang.
Tahun 1930 kota Batam, masih alami belum ada pembangunan, bahkan Batam sendiri masih masuk wilayah Kabupaten Tanjungpinang.
Di Kampung yang dulu bernama Tanjung Atok Hitam itu dibangun 12 Dapur pembakaran arang yang bahannya terbuat dari bakau (Mangrove_red).
• Setelah OTT Gubernur Kepri, KPK Kini Fokus Selamatkan Aset Daerah di Kepri
• Istri Nurdin Tak Pernah Pulang Sejak Gubernur Kepri Kena OTT KPK
• 8.482 Anggota JCH Embarkasi Batam Sudah Tiba di Tanah Suci
• KPK Geledah Ruko Pengusaha Batam Kock Meng, Kembangkan Kasus OTT Nurdin Basirun
Satu dapur arang bisa menghasilkan 30 ton arang, dengan lama pembakaran satu sampai satu setengah bulan.
Warga Tanjung Atok Itam pun banyak yang menggantung hidup dari dapur arang tersebut.
Namun sekitar tahun 1980 usaha dapur arang tersebut sudah tidak bisa bertahan, karena bahan yang digunakan sudah mulai menipis.
Mulai berkurangnya bahan yang akan diproduksi dapur arang tidak bisa semua digunakan hanya beberapa dapur yang bisa digunakan.
Seiring berjalannya waktu bisnis dapur arang sudah tidak bisa beroperasi karena bahan sudah tidak ada, dan Batam sudah dibangun oleh pemerintah pusat.
Saat ini usaha dapur arang tersebut hanya tinggal kenangan, tidak adalagi aktifitas pembakaran arang.
Bahkan dapurnya pun sudah lapuk dimakan usia karena tidak pernah digunakan.
Tidak ingin sejarah tersebut lapuk dimakan usia, dan tidak ingin kenangan masa itu hilang sirna tanpa bekas.
Tetua Kampung Tanjung Atok Itam, sepakat untuk mengenang masa kesusahan yang dirasakan masyarakat yang bergantung terhadap hasil dari bekerja di Dapur arang.
Untuk mengenang sejarah atau kenangan orangtua yang pertama tinggal di Kampung Tanjung Atok Itam, mereka memberi nama kampung tersebut kampung tua Dapur 12.
Dapur 12 dipilih karena saat kejayaan arang kala itu di kampung Tanjung Atok Itam terdapat 12 Dapur arang, di mana satu dapur arang bisa menghasilkan 30 ton arang.
Arang dari Dapur 12 Sagulung di jual ke Singapura, dan menggunakan mata uang dollar Singapura. (Tribunbatam.id/ Ian Sitanggang)