Cerita Istri Penyuap Gubernur Kepri
Agar Tak Difitnah, Istri Tersangka Penyuap Gubernur Kepri Ajak Ayah ke KPK
Hampir 17 jam di Jakarta, Ria dan ayahnya hanya datang untuk menangis, bingung, dan nyaris kelaparan.
Ayah Ria. Laama , bukan warga Pulau Panjang. Dia adalah pelaut kelahiran Pulau Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Binongko itu satu dari empat pulau karang di gugusan Pulau Tukang Besi, di Laut Banda.
Bersama seorang teman dari Binongko, Laama ‘terdampar’ di Pulau Panjang, perairan Selat Malaka, sekitar tahun 1982. Mereka adalah pelaut, pembawa kayu bulat dan kayu hitan dari Buton, yang dijual ke Singapura dan Johor, dekade 1970-an.
“Dulu, setelah berlayar 1 bulan 7 hari, layar kapal kami patah, ya sudah tinggal di sini saja. 7 tahun lalu, teman saya sudah meninggal, sekarang tinggal saya yang hidup.” kata La Ama.
La Ama lalu menikahi wanita pulau Panjang, yang masih bibi dari Abu Bakar.
“Bapaknya Ria itu, kawin sama adik saya, kakak ibunya Si Abu,” ujar Awang (73 tahun), paman Abu Bakar, kepada Tribun, Minggu (28/7/2019).
Ditemani ayahnya, tanggal 24 Juli 2019 lalu, Ria nekat naik pesawat ke Jakarta.
Dua hari setelah menerima surat berlogo KPK, 22 Juli 2019, Ria nekat terbang ke Jakarta.
Tujuannya menemui suaminya, yang sudah hampir dua pekan, diterungku KPK di Tahanan Guntur, Gedung ‘Merah Putih’ Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Berbekal selembar surat beramplop kuning, Ria dan ayahnya terbang ke Jakarta, kota yang hanya dia tonton di TV, dalam 3 dekade terakhir.

“Saya tak pernah naik pesawat, paling jauh ke Batu Aji, naik (perahu mesin tempel) Pompong lalu naik mobil. Di pesawat saya muntahlah, mencret, menangsis, dan berkeringat..” kata Ria.
Untuk terbang ke Jakarta, Ria menguras uang tabungan di bawa kasurnya. Dia juga meminjam uang arisan mingguan, tetangganya.
Belum cukup, dia lalu mendapat bantuan dari dua saudara, dua adik ipar, dan tetangga. “Urun-urunanlah Pak, tiga hari akhirnya cukup untuk tiket PP,”
Guna menghindari fitnah, Ria mengajak sang ayah.
Alasannya, tahun 2007 lalu, ayahnya pernah pulang ke tanah kelahirannya di Binongko, dengan kapal Pelni dari Pelabuhan Punggur, ke Buton.