Keuangan Berdarah-darah, Koran Tertua Berusia 80 Tahun Utusan Malaysia Berhenti Terbit Mulai Kamis
Harian berbahasa melayu tertua yang sudah berusia 80 tahun di Malaysia, Utusan Malaysia, terbit terakhir Rabu (21/8/2019)
Lokman mengatakan, meskipun ada penghasilan dari tagihan yang masih ada, namun hal itu juga akan digunakan untuk membayar utang kepada pihak ketiga, terutama sekali untuk membayar biaya transportasi.
Lokman, yang dipromosikan sebagai editor Kosmo pada bulan April tahun ini mengatakan bahwa edisi online Utusan Malaysia dan Kosmo akan tetap melanjutkan operasi.
Kendati demikian, Lokman juga mengatakan bahwa ada periode "pendinginan" setelah Rabu, karena ada dua atau tiga investor akan datang untuk mengambil alih Grup Utusan.
Kendati demikian, kemungkinan akan ada PHK lebih dulu untuk para karyawan dan manajemen perusahaan saat ini sedang membahas paket pesangon untuk para karyawan.
“Jadi besok sekitar jam 4 sore, CEO akan mengadakan rapat dengan semua staf dan akan membicarakan masalah ini. Dia akan jujur. Jadi jika ada pertanyaan, silakan ajukan pertanyaan di sana,” katanya merujuk CEO Grup Utusan, Datuk Abd. Aziz Sheikh Fadzir, yang merupakan politisi Umno.
Utusan Malaysia sudah terbit sebelum kemerdekaan Malaysia pada tahun 1939, menggunakan nama Utusan Melayu dan berbahasa jawi (arab latin), baru kemudian terbit dalam aksara romawi pada 1 September 1967.
Dampak Runtuhnya Umno
Masalah keuangan di media ini sudah mulai terasa tahun lalu ketika karyawan mengancam akan melakukan mogok akibat masalah upah namun manajemen berhasil menegahnya setelah mereka melakukan pembicaraan damai.
Manajemen diberi waktu sampai 19 Agustus untuk menyelesaikan masalah, atau mereka akan melanjutkan dengan aksi demo.
Pada Desember 2018, sekitar 800 karyawan menerima skema pengunduran diri sukarela namun hal itu tidak menyelesaikan masalah.
Grup Utusan saat ini berstatus suspen di Bursa Efek Malaysia setelah gagal membayar utang hampir RM1,2 juta kepada dua bank.
Manajemen Utusan Malaysia berjuang untuk melepaskan asetnya, terutama bangunan yang dimiliki perusahaan untuk menyelesaikan masalah itu.
Menurut Taufik Razak, Utusan tidak memiliki cara lain untuk membayar gaji stafnya kecuali semua aset dilikuidasi.
Namun, likuidasi aset juga tidak mudah karena mereka juga tidak memperbaharui izin atau sertifikat gedung.
Hal ini terjadi karena ketika Umno berkuasa, hal ini tidak terpikirkan.