Gojek Timbulkan Pro dan Kontra, PM Mahathir Jawab Enteng: Kalau Menurutmu Tak Aman Jangan Naik

Jika Anda merasa itu tidak aman, jangan gunakan. Kami punya pilihan dan kami tidak memaksa Anda untuk naik sepeda motor

Twitter @SyedSaddiq
Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Syaddiq (kanan) berpose dengan PM Malaysia Mahathir Mohamad dan CEO Gojek Indonesia Nadiem Makarim di Istana Putra Jaya, Senin (19/8/2019) 

TRIBUNBATAM.ID, KUALA LUMPUR - Pemerintahan Mahathir Mohamad memberi lampu hijau untuk kehadiran Gojek di Malaysia yang disepakati dalam rapat kabinet, Rabu pekan lalu.

Salah satu yang menjadi alasan penolakan adalah faktor keselamatan karena kecelakaan lalulintas di Malaysia 42,5 persen dari sepeda motor.

Karena itu, jika Gojek beroperasi di Malaysia, dikhawatirkan akan meningkatkan kecelakaan sepeda motor.

Menanggapi hal itu, PM Malaysia Mahaqthir Mohamad hanya menjawab santai.

Ridwan Kamil: Lahan untuk Ibu Kota Baru Terlalu Luas

Sempat Nangis Ditinggal Istri Selingkuh dengan Pria Kaya, Begini Kondisi Su Bandi dan 3 Anaknya

Maxim Ikut Ramaikan Bisnis Transportasi Online di Batam, Kadishub: Jangan Rusuh Lagi

Konsumen memiliki pilihan jika mereka berpikir naik transportasi sepeda motor online itu tidak aman karena itu hanya sebuah pilihan alat transportasi.

"Jika Anda merasa itu tidak aman, jangan gunakan. Kami punya pilihan dan kami tidak memaksa Anda untuk naik sepeda motor,” katanya seperti dilansir Malay Mail.

Mahathir menanggapi kekhawatiran tingkat keamanan transportasi online tentang layanan ini, terutama untuk wanita.

Mahathir menambahkan bahwa bisnis kecil juga dapat mengambil manfaat dari layanan sepeda motor ini karena kemudahan transportasi dan distribusi yang ditawarkan.

Dia mengatakan, pemerintah sebelumnya telah menerima tawaran dari perusahaan lokal untuk mempionirkan jasa layanan transportasi sepeda motor online, namun mereka tidak terlalu terorganisir.

Mahathir mengatakan tempat-tempat tertentu akan selalu menentang kebijakan atau program baru yang ingin diperkenalkan oleh pemerintah.

“Kami ingin memastikan apapun yang kami lakukan bermanfaat bagi rakyat. Sama halnya dengan Gojek," tambahnya.

Hingga saat ini, Gojek sudah beroperasi di beberapa negara di Asia Tenggara antara lain Singapura, Vietnam (GoViet) dan Thailand (GET).

Beberapa menteri terkait sudah berbicara kepada wartawan mengenai rencana ini.

Salah satunya Menteri Pengembangan Entrepreneur, Redzuan Yusof.

"Itu dibahas dalam rapat kabinet hari ini dan diberi lampu hijau. Tapi belum ada keputusan tentang regulasi, belum ada yang spesifik, namun harus dibahas dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Transportasi," jelas Yusof.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Syed Saddiq juga mengumumkan lewat akun Twitter pribadinya mengenai, penyetujuan rencana Gojek beroperasi di Malaysia.

"Kami ingin memastikan, para pengguna motor bisa mendapatkan lapangan kerja," ucapnya dalam video yang diunggah pada akun Twitter pribadinya.

Keputusan Kabinet Mahathir ini sangat mengejutkan mengingat sebelumnya perusahaan lokal justru tak diberi izin.

Tahun lalu, Malaysia membatalkan pengesahan layanan ride-hailing untuk melindungi pengendara dan penumpang.

Selain itu pada 2017, pemerintah melarang beroperasinya penyedia layanan ride-hailing setempat, Dego Ride karena alasan keamanan.

Analisis Kementerian Transportasi pada saat itu menemukan bahwa risiko pengendara sepeda motor yang terlibat dalam kecelakaan fatal adalah 42,5 kali lebih tinggi daripada untuk bus dan 16 kali lebih tinggi daripada mobil.

Namun, pakar transportasi Rosli Azad Khan menyambut baik rencana tersebut untuk menjadikan sepeda motor sebagai sarana transportasi di Malaysia.

Rosli mengatakan, transportasi roda dua itu sudah banyak dioperasikan di beberapa negara dan terbukti mampu meningkatkan pendapatan kelompok usia produktif hinggta 40 persen.

Rosli juga memaklumi bahwa tingginya angka kecelakaan sepeda motor menjadi hal yang perlu mendapat perhatian.

“Namun kecelakaan terjadi kerana kurang kesadaran berlalulintas. Umumnya begitu, dan terjadi pada pemilik motor maupun mobil. Itu logika yang sama," katanya seperti dilansir TribunBatam.id dari Free Malaysia Today.

“Saya percaya transportasi seperti Gojek akan membuat penunggang sepeda motor mengendarai secara lebih baik karena mereka akan memikirkan keselamatan konsumen dan ini juga berkaitan dengan pendapatan mereka,” katanya.

Rosli mengatakan, tarif Gojek mungkin lebih murah daripada Grab sehingga bisa menjadi transportasi menuju ke stasiun transportasi umum lainnya seperti MRT dan LRT.

“Dari segi undang-undang, kita tidak perlu membahasnya. Kita boleh lihat bagaimana Indonesia melaksanakannya dan kita ubah sesuai kebutuhan kita," katanya.

Politisi partai konservatif PAS, Khairuddin Aman Razali menolak masuknya startup asal Indonesia, Gojek, ke negaranya.

Diberitakan harian lokal Malay Mail Jumat (23/8/2019), politisi dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS) itu menyebut masuknya Gojek berpotensi meningkatkan angka pelecehan seksual.

“Gojek akan memicu terjadinya interaksi antara dua manusia berbeda jenis kelamin yang bertentangan dengan hukum Syariah,” bunyi pernyataan resmi Razali.

Selain itu dia menerangkan kehadiran startup yang didirikan Nadiem Makarim itu bakal meningkatkan jumlah kecelakaan sepeda motor, dan memengaruhi kualitas transportasi massal.

Anggota parlemen Malaysia dari Distrik Kuala Nerus, Terengganu, itu juga mengkhawatirkan memburuknya polusi udara jika Gojek sampai beroperasi.

Tak hanya Razali yang cemas akan beroperasinya Gojek.

Rekan satu partai, Husain Awang, juga mengungkapkan hal yang sama.

Wakil rakyat dari Terengganu tersebut mengklaim angka pelecehan seksual meningkat di Indonesia sejak kehadiran Gojek.

Husain pun mengecam kemunculan Gojek sebagai bukti pemerintah telah gagal mengurus transportasi umum dan mengatasi kemacetan.

"Saya mendesak pemerintah untuk tidak mengizinkan Gojek hadir, termasuk di masa uji coba. Pemerintah seharusnya meningkatkan kualitas moda transportasi seperti MRT dan LRT," kecamnya.

Anggota Majelis Syuro PAS itu juga menyatakan Gojek menjadi lambang kegagalan pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan untuk kaum muda.

Yang ada, menurutnya, lapangan kerja sebagai driver layanan roda dua jelas melecehkan martabat generasi muda Malaysia.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved