Hari Pertama Sekolah, Seluruh Kampus di Hong Kong Mogok Belajar

Ribuan mahasiswa dari 11 universitas di Hong Kong memulai mogok belajar atau boikot kelas selama dua minggu, mulai Senin (2/9/2019).

South China Morning Post
Ribuan mahasiswa China University berkumpul di aula terbuka Sha Tin, mengawali mogok belajar seluruh kampus di Hong Kong, Senin (2/9/2019). 

Sebelum rapat umum secara resmi dimulai, seorang siswa China daratan melambaikan paspornya, berlari ke atas panggung dan berteriak: “Pergi! Anda tidak pantas menjadi mahasiswa.”

Dia merobek bendera dan mencoba memindahkan speaker, sebelum siswa lain menghentikannya.

Berbicara kepada wartawan setelah itu, dia mengatakan dia mendukung polisi, dan bahwa peran dasar siswa adalah belajar, bukan mogok belajar.

Meskipun pimpinan kampus telah meminta agar acara tersebut dibatalkan, namun organisasi mahasiswa 11 universitas sudah sepakat untuk melakukan mogok belajar.

Aksi ini digelar oleh CUHK, Universitas Hong Kong, Universitas Sains dan Teknologi, Universitas Politeknik, Universitas Baptis, Universitas Baptist , Universitas Lingnan, Universitas Pendidikan, Universitas Shue Yan, Universitas Hang Seng, Akademi Seni Pertunjukan Hong Kong dan Universitas Terbuka.

Tidak hanya mahasiswa lama, aksi itu juga diikuti oleh para mahasiswa baru.

Presiden City University, Profesor Way Kuo, mendesak mahasiswa untuk mengekspresikan pendapat mereka dengan cara yang damai dan rasional, menambahkan bahwa "politik jalanan tidak boleh dibawa ke kampus".

Sementara itu, sejak pagi hari, para siswa sekolah menengah berkumpul di Edinburgh Square di Central sejak pukul 9.30 pagi dan sebagian datang tengah hari setelah pelajaran yang selesai lebih awal pada hari pertama.

Penyelenggara mengatakan bahwa lebih dari 4.000 siswa dari 230 sekolah menengah hadir di Edinburgh.

“Kami datang ke sini pada hari pertama sekolah karena kami ingin menunjukkan bahwa kami tidak akan menghentikan gerakan hanya karena kami memiliki sekolah,” kata seorang siswa dari Raimondi College.

“Hanya ada siswa di sini, jadi yang terbaik bisa mewakili suara anak muda. Saya berharap orang dewasa di kota dapat mendengarkan kami, karena undang-undang ekstradisi apa pun yang disahkan akan paling memengaruhi kami, ” kata Chan (17).

Siswa di St Francis 'Canossian College di Wan Chai, tempat pemimpin kota Carrie Lam Cheng Yuet-ngor sekolah, juga ikut dalam aksi tersebut.

“Karena kita masih sangat muda, apa yang bisa kita lakukan sangat terbatas tetapi memboikot kelas adalah cara terbaik untuk mengekspresikan diri,” kata Kat, seorang murid berusia 13 tahun di sana.

"Kami sangat kecewa pada Carrie Lam dan malu terhadap alumni kami itu," tambahnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved