Johor Bahru Krisis Air, 150 Ribu Warga Mulai Dijatah
Sekitar 150.000 penduduk di Johor Bahru saat ini mulai mendapat penjatahan air selama sebulan yang dimulai pada Senin (2/9/2019).
Perjanjian air antara Johor dan Singapura dimulai 1962 dan akan berakhir pada 2061, memberikan hak Singapura untuk mengambil hingga 250 juta galon air per hari dari Sungai Johor.
Singapura membayar 3 sen per seribu galon air mentah dan menjual air olahan kembali ke Johor dengan harga 50 sen per seribu galon, sebagian kecil dari biaya pengolahan air.
Sementara itu, Johor berhak atas pasokan harian air olahan hingga 2 persen atau 5 mgd air yang dipasok ke Singapura.
Namun dalam praktiknya, Singapura telah memasok 16 mgd air olahan ke Johor atas permintaannya.
Masalah Lingkungan Berat
Johor telah dilanda serangkaian masalah lingkungan yang mempengaruhi sungai dan fasilitas pengolahan airnya, menyebabkan ribuan penduduk jatuh sakit atau persediaan air mereka terganggu.
Permukaan air di bendungan besar telah jatuh di bawah tanda kritis karena cuaca kering sementara beberapa sungai, termasuk Sungai Johor, telah tercemar oleh bahan kimia.
Xavier mengatakan, kementeriannya telah sepakat dengan pemerintah negara bagian Johor mengenai langkah-langkah untuk mengatasi pencemaran sungai melalui pengelolaan limbah limbah yang lebih efisien.
“Kedua belah pihak juga menyepakati pengelolaan hutan, terutama yang melibatkan konservasi kawasan cagar hutan sebagai warisan nasional,” katanya.
Xavier mengatakan, kementerian dan pemerintah negara bagian Johor juga sepakat untuk membuat rencana untuk operasi penyelamatan gajah liar.
Hal lain yang dilanda Johir pada musim kering ini adalah kebakaran hutan di sejumlah titik.
Kemarin, 16 hektare lahan yang terletak di dua desa di Gelang Patah yang meliputi Kampung Pekajang dan Kampung Tanjung Adang terbakar.