Rumor 3 Demonstran Hong Kong Tewas Terus Meluas. Otoritas Keretaapi Akhirnya Rilis CCTV Stasiun

Video yang dirilis tersebut merupakan upaya bersama untuk menyanggah rumor yang tidak berdasar bahwa aksi polisi malam itu telah menewaskan tiga orang

South China Morning Post
Ribuan karangan bunga tanda berduka di depan Stasiun Prince Edward Hong Kong, setelah beredar isu bahwa tiga pendemo tewas pada bentrokan 31 Agustus malam 

TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Isu tewasnya tiga demonstran Hong Kong membuat pemerintah dan polisi Hong Kong sibuk dalam sepekan terakhir.

Isu adanya tiga demonstran yang tewas setelah polisi melakukan pengejaran ke stasiun dan gerbong MRT (MTR) pada 31 Agustus malam beredar sangat cepat.

Di depan pintu Stasiun Prince Edward dipenuhi karangan bunga dan ucapan belasungkawa warga Hong Kong sementara aksi demo yang tak berhenti semakin membuat otoritas Hong Kong semakin terdesak.

Semakin masifnya isu itu beredar, operator keretaapi Hong Kong akhirnya merilis tangkapan layar dari rekaman CCTV pada saat insiden di seputar stasiun Prince Edward.

Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Menambah Beban Masyarakat, Anggota Dewan Batam Kompak Menolak

Pin Legislator Kepri Disoroti *Dinilai Terlalu Mahal *Disematkan Saat Pelantikan

Sosok Noviana, Mantan Pengamen Wanita yang Kini Sarjana Hukum, Pernah Ditahan Dinas Sosial

Video yang dirilis tersebut merupakan upaya bersama untuk menyanggah rumor yang tidak berdasar bahwa aksi polisi malam itu telah menewaskan tiga orang.

MTR Corporation, polisi, pemadam kebakaran dan Otoritas Rumah Sakit bergabung pada hari Selasa (10/9/2019) untuk membantah hoax yang mengatakan bahwa tujuh orang ditemukan terluka di stasiun dan tiga orang meninggal dunia.

Sammy Wong Kwan-wai, kepala operasi korporasi mengatakan, mereka tidak bisa mempublikasikan seluruh rekaman video karena alasan privasi namun memastikan bahwa secara hukum, seluruh video yang ada di stasiun bisa dipertanggungjawabkan.

Otoritas Keretaapi Hong Kong rilis proses evakuasi kekerasan demo Hong Kong, 31 malam.

"Kami harus mengungkapkan keseimbangan antara kepentingan publik dan privasi," katanya seraya menambahkan bahwa dua kamera keamanan dihancurkan pada malam 31 Agustus, ketika insiden itu terjadi.

Ini untuk pertama kalinya operator keretaapi merilis video rekaman CCTV ke publik untuk alasan memberikan fakta sebenarnya.

"Kami mencoba yang terbaik untuk menggali rekaman kamera keamanan dan menyusun urutan waktu, memberi publik gambaran lengkap tentang apa yang terjadi," katanya seperti dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada Sabtu (31/8/2019) malam lalu, terjadi benttrokan keras di Stasiun Prince Edward yang diblokade oleh demonstran.

HONG KONG Masih Membara Hingga Malam Ini. Beredar |su Tiga Orang Tewas Akibat Serangan Polisi

Carrie Lam Akhirnya Tarik RUU Ekstradisi yang Membuat Hong Kong Rusuh Selama 3 Bulan

Polisi kemudian melakukan pengejaran dan memukuli para pendemo, termasuk yang berusaha kabur ke dalam gerbong MRT, setelah terjadi keributan antara demonstran dengan warga yang hendak pulang.

Dalam sebuah video bahkan terlihat warga berusia lanjut dipaksa oleh demonstran untuk menjauh dari gerbong MRT ketika ia hendak masuk ke gerbong.

Namun, dua hari kemudian beredar rumors bahwa saat polisi melakukan serbuan, ada tujuh orang yang dibiarkan tergeletak di stasiun dan tiga orang meninggal dunia.

Baik pemerintah maupun polisi telah membantah rumors tersebut, namun isu itu semakin masif.

Media di Hong Kong pun berusaha mencari tahu tentang kebenaran isu tersebut dan tidak menemukan jawaban, termasuk nama-nama korban.

VIDEO BENTROK 31 MALAM DI STASIUN PRINCE EDWARD:

Operator keretaapi mengatakan, mereka menyediakan selusin tangkapan layar dari rekaman yang diambil di stasiun Prince Edward dan Lai Chi Kok.

Dalam video itu, paramedis pertama tiba pada pukul 11.20 malam, hampir 30 menit setelah polisi antihuru-hara tiba.

Polisi dan paramedis menggunakan kereta khusus tiba di stasiun Lai Chi Kok pukul 12.54 pagi pada 1 September dinihari. Mereka mengawal tujuh orang yang terluka keluar dari stasiun Lai Chi Kok sekitar pukul 1.35 pagi.

Tidak ada pengunjuk rasa yang terbunuh, kata pemerintah, membanting desas-desus yang sengaja menyudutkan polisi.

Tiga orang yang terluka lainnya tiba di stasiun Yau Ma Tei dari stasiun Prince Edward pada pukul 11.09 malam, sebelum dikirim oleh paramedis.

Rumor itu dimulai setelah seorang paramedis mengatakan 10 orang telah terluka, tetapi angka itu kemudian disesuaikan menjadi tujuh, memicu klaim bahwa tiga orang telah meninggal.

Kerumunan orang berkumpul di luar stasiun selama beberapa malam untuk "meratap" mereka yang diyakini telah mati, dan menyerukan semua rekaman kamera keamanan dirilis ke publik.

Pada hari Selasa, asisten senior kepala petugas ambulans, Lo Shun-tong, dari Departemen Layanan Pemadam Kebakaran mengatakan, ketujuh orang yang terluka itu sadar ketika dikirim ke rumah sakit, dan ketiganya kemudian diklasifikasikan sebagai kondisi serius.

Andy Kung Chak-man, manajer senior Otoritas Rumah Sakit, mengatakan 46 orang dengan cedera terkait demonstrasi massal di berbagai distrik pada 31 Agustus dikirim ke 10 rumah sakit, termasuk 35 pria dan 11 wanita. Tidak ada yang meninggal sebagai akibatnya.

Petugas humas kepolisian Senior Inspektur Yolanda Yu Hoi-kwan mengatakan rumor seperti itu "jahat dan tidak bertanggung jawab".

Ini adalah upaya terbaru upaya untuk memberikan penjelasan kepada publoik dalam sembilan hari terakhir tentang rumors tersebut.

Sama seperti terlukanya seorang demonstran pada awal Agustus lalu, isu ini kemudian dimanfaatkan demonstran untuk menyudutkan pemerintah Hong Kong dan polisi. 

Demo di stasiun setelah isu tiga demonstran tewas (SCMP).

Pada Senin malam, puluhan orang lagi berkumpul di luar stasiun untuk menghormati orang-orang yang mereka yakini terbunuh, dengan beberapa persembahan kertas bakar.

Mereka juga membawa bunga dan lilin yang kemudian diletakkan di pintu stasiun. Bebewrapa orang terlihat menangtis dan berpelukan.

Hanya saja, tidak ada satupun dari pendemo yang merilis nama tiga korban yang mereka sebut sudah meninggal itu.

Desas-desus dimulai dengan laporan 10 luka-luka dari seorang petugas ambulans pada malam 31 Agustus. Angka itu kemudian diubah menjadi tujuh.

Hal inilah yang kemudian memicu rumors bahwa tiga orang meninggal dunia sehingga menjadi "bensin" baru demo Hong Kong yang sudah berlangsung tiga bulan.

Rekaman CCTV yang diperoleh Post pada hari Senin menunjukkan tiga orang dengan cedera kepala dikawal keluar dari stasiun Yau Ma Tei, termasuk satu di atas tandu, pada pukul 11.33 malam.

Mereka dibawa dengan ambulans, sekitar 30 menit kemudian.

Polisi mengatakan, para petugas menanggapi laporan tentang pertengkaran di dalam kereta di stasiun Prince Edward pukul 10.40 malam pada 31 Agustus.

Rekaman berita menunjukkan anggota Pasukan Taktis Khusus, yang dikenal sebagai Raptors, dan petugas dengan pakaian antihuru-hara memasuki stasiun pada pukul 10.55 malam dan menuju ke lantai stasiun bawah tanah.

Sekelompok Raptors memasuki kereta jalur Tsuen Wan dan menggunakan pentungan dan semprotan merica terhadap pengunjuk rasa yang menggtunakan topeng dan payung, sementara yang lain melakukan penangkapan di peron.

Tidak hanya mengganggu masyarakat, aksi demionstran malam irtu juga merusak berbagai fasilitas stasiun, termasuk pembelian tiket elektronik.

Beberapa stasiun keretaapi ditutup akhirnya ditutup ketika aksi protes Hong Kong mendatangkan malapetaka di MTR

Raptors kemudian dituduh memukul para cpenumpang, namun mereka memastikan bahwa target mereka adalah demonstran radikal, termasuk mereka  yang kemudian mengganti pakaian hitam mereka dan berbaur dengan penumpang.

Pada pukul 11:10 malam, para wartawan disuruh meninggalkan peron saat polisi dan petugas medis mengevakuasi para korban.

Dua saksi yang termasuk di antara 63 orang yang ditangkap malam itu mengatakan kepada Post bahwa ia melihat satu orang tampaknya tidak sadarkan diri.

Setelah stasiun dibuka kembali pada 2 September, aksi demo kemudian mendesak MTR Corp untuk secara terbuka merilis rekaman keamanan pada 31 Agustus.

Protes berlanjut pada malam-malam berikutnya dengan beberapa yang meningkat menjadi bentrokan keras dengan polisi.

Ching Au (25) yang ikut menjadi pelayat di luar stasiun pada Senin malam mengatakan, dia tetap tidak yakin dengan akun resmi pemerintah.

“Saya tidak percaya apa yang dikatakan pemerintah. Para pejabat hanya berbohong untuk menutupi,” kata Au.

Polisi Hong Kong memukuli para pendemo di dalam gerbong MRT
Polisi Hong Kong memukuli para pendemo di dalam gerbong MRT (SCMP)

Orang lain yang membakar persembahan mengatakan bahkan jika perusahaan keretaapi merilis rekaman, itu bisa "direkayasa"

Dua orang telah meluncurkan gugatan perdata terhadap polisi dan MTR Corp dan meminta perintah pengadilan menuntut publikasi rekaman CCTV dari stasiun Prince Edward dan Lai Chi Kok.

MTR sebelumnya mengatakan rekaman CCTV biasanya disimpan selama 28 hari, tetapi dalam kasus insiden serius, itu akan disimpan selama tiga tahun.

Psikolog klinis Amos Cheung Chuen-yih mengatakan penyebaran desas-desus menunjukkan kepercayaan publik terhadap pemerintah runtuh.

"Ketika orang kehilangan kepercayaan pada suatu institusi, mereka akan cenderung memilih untuk mempercayai informasi yang sesuai dengan apa yang mereka anggap benar," kata Cheung.

Dia menambahkan bahwa orang yang mencari jawaban dari MTR adalah cara yang baik dan pihak MTR diharapkan mempertimbangkan tuntutan itu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved