Kabut Asap di Singapura Terburuk Dalam 3 Tahun Terakhir, Mengancam Formula 1 Minggu Depan

Kabut asap mengancam pelaksanaan balap Formula 1 di Singapura yang akan menggelar seri ke-15 Formula 1, 20-22 September, pekan depan

EPA-EFE
Kabut asap di kawasan Marina Bay, Sabtu sore, lokasi penyelenggaraan Formula 1 Singapura, minggu depan 

TRIBUNBATAM.ID, SINGAPURA - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera kembali mengepung dua negara jiran, Singapura dan Malaysia. Bahkan, kabut asap ini mengancam pelaksanaan balap Formula 1 di Singapura.

Singapura akan menyelenggarakan seri ke-15 Formula 1, 20-22 September, pekan depan.

Hingga saat ini, kondisi Singapura saat ini semakin memburuk, bahkan menurut Channel News Asia, terburuk dalam tiga tahun terakhir.

Kualitas udara di Singapura mencapai tingkat yang tidak sehat pada hari Sabtu (14/9/2019) karena Indeks Standar Pencemar (PSI) melampaui angka 100 pada pukul 16.00 sore waktu setempat.

Darmin Nasution: Biaya Logistik Batam-Singapura Lebih Mahal dari Singapura-Jepang

Detik-detik Valentino Rossi dan Marc Marquez Hampir Senggolan di Kualifikasi MotoGP San Marino 2019

Kejutan MotoGP Misano, Pol Espargaro Menyodok, Marc Marquez Nyaris Tabrak Valentino Rossi

Ini adalah pertama kalinya sejak Agustus 2016 angka di PSI mencapai tingkat yang tidak sehat.

Pada pukul 4 sore, pembacaan PSI 24 jam di bagian barat Singapura pada angka 100 hingga mencapai 103. Angka itu bahkan naik menjadi 106 pada pukul 17 sore.

Warga Singapura mengenakan masker di Stasiun MRT, Sabtu (14/9/2019).

Sementara di selatan Singapura tercatat 98, di utara 90, di bagian tengah 89dan 87 di timur pada pukul 17.00 sore.

Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA), angka PSI tergolong baik jika berada di bawah 50, sedang untuk 51-100 dan "tidak sehat" untuk ukuran 101-200.

Dalam kondisi ini, penduduk --terutama anak-anak, orang tua, wanita hamil dan mereka yang memiliki masalah pada jantung atau paru-paru-- harus mengurangi aktivitas luar dalam waktu panjang.

Mereka yang merasa tidak sehat harus mendapat perhatian medis, kata NEA.

Pembacaan konsentrasi PM2.5 satu jam berkisar antara 90-158 μg / m3 pada jam 4 sore. Singapura barat tingkat tertinggi 158 μg / m3 di Band III (Tinggi).

PM2.5 adalah ukuran partikel kecil berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer di udara.

Ketika pembacaan PM2.5 berada dalam kisaran tinggi, partikel kabut dapat memengaruhi jantung dan paru-paru, terutama pada orang yang memiliki kondisi jantung atau paru kronis.

Mereka yang memiliki kondisi seperti itu harus memastikan bahwa mereka memiliki persediaan obat yang cukup.

Menurut NEA, pembacaan PM2.5 satu jam masih menunjukkan indikator yang cukup baik dan masyarakat masih bisa melakukan aktivitas di luar.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved