Orangtua Tak Mampu Beli Susu, Balita Deberi Kopi Senjak Usia 6 Bulan, Beigiin Kondisinya
Kedua orangtuanya terpaksa menyuguhi kopi tubruk ke anaknya lantaran tak mampu membeli susu.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.
Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.
Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.
Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.
Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.
Kalau ada upah setiap hari itu biasanya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari, itu pun kadang tidak cukup.
Selama ini Anita mengaku tak pernah mendapatkan bantuan susu atau asupan gizi dari dinas kesehatan untuk anaknya.
Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman mengatakan, pihaknya telah mengunjungi anak tersebut dan memberi bantuan berupa biskuit dan susu.
Dinkes juga telah memberikan pemahaman kepada orangtua anak tersebut agar tidak lagi memberi kopi.
"Karena kalau lama kelamaan nanti ada efeknya karena mengandung kafein dan mengandung banyak gula," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Tak Mampu Beli Susu, Orangtua Beri Kopi kepada Balita sejak Usia 6 Bulan, Begini Kondisi Sang Anak