Insiden Mahasiswa Tewas Tertembak Peluru Tajam di Kendari, Kapolri Copot Kapolda Sulawesi Tenggara
Pasca insiden mahasiswa tewas tertembak peliru tajam saat demontrasi di Kendari, Kapolri mencopot jabatan Kapolda Sulawesi tenggara (sultra).
Unjuk rasa berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Hal itu membuat siswa marah hingga kemudian kabar itu meluas dan memicu aksi unjuk rasa pelajar di Kota Wamena.
Dikutip dari Kompas.com jumlah korban tewas akibat kerusuhan yang pecah di Kota Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019), bertambah.
Hal itu diketahui setelah aparat keamanan menemukan beberapa korban tewas saat membersihkan puing-puing bangunan yang dirusak dan dibakar massa di Kota Wamena.
"Korban sudah 27 orang meninggal, hari ini 9 orang kami temukan," ujar Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto saat dihubungi melalui telepon, Selasa (24/9/2019).
Jumlah korban luka-luka, kata Candra, mencapai 70 orang.
Menurut dia, sebagian besar korban mengalami luka bakar.
"Ada yang luka bakar, terkena batu, kena panah," katanya.
Candra memandang jumlah korban tewas akibat kerusuhan tersebut masih akan bertambah karena lokasi yang belum dibersihkan masih cukup luas.
"Masih akan bertambah karena ini merata sampai daerah-daerah pedalaman mereka beraksi juga," katanya.
Kondisi Papua : Anggota TNI Meninggal di Papua
Praka Zulkifli, prajurit Yonif 751/Raider, menjadi korban pembacokan, Senin (23/9/2019).
Saat kejadian, Praka Zulkifli sedang melaksanakan tugas BKO di Polda Papua sebagai pengemudi kendaraan dinas truk pengangkut pasukan.
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto mengatakan, pelaku pembacokan diduga massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang berunjuk rasa di Universitas Cenderawasih.
Eko menjelaskan, sebelumnya massa AMP melakukan demo di depan Auditorium Universitas Cenderawasih.
Mereka menuntut pendirian posko bagi mahasiswa Papua yang pulang dari studi di luar Papua.
Eko mengatakan, aksi tersebut tidak mendapat izin dari Polda Papua maupun dari pihak Rektorat Universitas Cenderawasih.
Eko menjelaskan, massa AMP kemudian difasilitasi petugas untuk kembali ke daerah Expo Waena, menggunakan truk dan bus umum.