Mas Menteri Nadiem Makarim, Ini Harapan Guru, Ada soal Kurikulum
Temu Pendidik Nusantara (TPN) menjadi ajang penyampaian harapan guru kepada Mendikbud Nadiem Makarim.
TRIBUNBATAM,id - Temu Pendidik Nusantara (TPN) menjadi ajang penyampaian harapan guru kepada Mendikbud Nadiem Makarim.
Nadiem Makarim dilantik menjadi Mendikbud oleh Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (23/10/2019).
Pemilihan Nadiem menuai berbagai pandangan dalam masyarakat karena meski berhasil menempatkan Gojek sebagai decacorn Indonesia, ia dipandang tidak memiliki latar belakang di sektor pendidikan sehingga dikhawatirkan tidak mengerti duduk soal masalah pendidikan di Indonesia.
Jokowi sendiri yakin Nadiem bisa menggunakan keahlian di bidang teknologinya untuk memperbaiki sistem pendidikan di Tanah Air.
Lantas, bagaimana tanggapan dan harapan para guru yang benar-benar menjalani praktik mendidik di lapangan?
Dalam acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) pada Sabtu (26/10/2019) di Sekolah Cikal, Cilandak, Jakarta, Kompas.com mencoba mengumpulkan berbagai harapan para guru terhadap Nadiem Makarim, Mendikbud Kabinet Indonesia Maju:
1. Banyak mendengar, banyak belajar
“Pendidikan tidak hanya melihat hasilnya, karena banyak masalah pendidikan di Indonesia. Mudah-mudahan dia (Nadiem) banyak mendengar, banyak belajar, tentang masalah-masalah mendasar,” kata Syafi’i (46), guru sekaligus Kepala Sekolah SD YPPSB, Kalimantan Timur.
2. Pemerataan pendidikan
Belum meratanya pendidikan di Indonesia diungkapkan Endah Wulandari (43), pengajar SD YPPSB, Kalimantan Timur.
Menurutnya, kemampuan guru yang masih tidak merata, otomatis memberi dampak pada pendidikan yang diperoleh siswa.
“Jadi harapannya, kalau di Jawa itu begini sekolahnya, di daerah harusnya begitu juga. Ruang kelasnya, tempatnya. Jadi hak belajar yang didapat anak itu sama,” jelas Endah.
3. Akses dan fasilitas guru luar Jawa
Endah juga tidak dapat menangkis kenyataan bahwa guru di Jawa lebih mudah untuk mendapat akses dan fasilitas.
“ Guru-guru di daerah itu memang sangat kesulitan dengan area, dengan jaraknya yang jauh. Saya tidak tahu bagaimana caranya, apakah memang harus ada suatu center knowledge yang dibangun khusus untuk guru?” ungkap Endah.