LIPUTAN KHUSUS

Pedagang Eks Pasar Induk Jodoh Tolak Direlokasi, Disperindag Masih Upayakan Nego

Menanggapi keluhan PKL Pasar Induk Jodoh yang ditertibkan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam Gustian Riau

Editor: Eko Setiawan
TRIBUNBATAM/ROMA ULY SIANTURI
Kadisperindag Kota Batam Gustian Riau. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Menanggapi keluhan PKL Pasar Induk Jodoh yang ditertibkan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam Gustian Riau mengatakan bahwa tim terpadu sebelumya sudah melakukan sosialisasi. Yakni, meminta para PKL Pasar Induk bisa pindah ditempat yang sudah disediakan.

Berbeda dengan cerita pedagang, Gustian mengatakan bahwa pedagang akan digratiskan selama tiga bulan di kios sementara tersebut.

Setelah itu membayar Rp 1 juta setiap bulannya. Tapi pihaknya masih bernegoisasi dengan pengelola supaya bisa turun paling tidak menjadi Rp500 ribu per bulannya.

"Kalau pasar induk nanti sudah jadi, akan kita pindah lagi ke dalam. Termasuk yang di Tos 3.000, totalnya ada sekitar 1.880 pedagang,” jelasnya. 

Pedagang Eks Pasar Jodoh Pilih Bertahan Ketimbang Harus Bayar Rp 10 Juta Untuk Sewa Kios

Seluruh pedagang dari pasar induk saat ini bisa mendapatkan kios karena jumlahnya sekitar 200 kios, sedangkan jumlah pedagang di pasar induk saat ini sekitar 138 pedagang. Artinya masih sisa banyak. 

Pemindahan perlu dilakukan agar pasar induk ini bisa ditata dan direvitalisasi menjadi pasar yang modern dan bersih.

Anggaran untuk pembangunan pasar yang baru berasal dari APBN tepatnya Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Hanya saja pemerintah pusat tidak akan mencairkan jika lahannya tidak benar-benar bersih dan masih ada persoalan dengan para pedagang.

120 Pegiat Satwa Ngumpul Bareng di Taman Sarf Lagoi, Libatkan 50 Lembaga Konservasi se-Indonesia

Kemendagri, lanjut Gustian, sudah menyetujui anggaran Rp200 miliar.

Dalam DED yang telah disusun, pasar induk yang baru itu, nantinya menjadi pasar yang modern dengan fasilitas lengkap sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pemko Batam bersama Kemendang nantinya akan menghitung nilai aset pasar induk saat ini. Setelah itu melalui Dinas Cipta Karya akan membongkar bangunan inti untuk dibangun ulang.

"Mulai tempat parkir, tempat ibadah juga akan disediakan. Kemudian nanti juga diatur barang-barang basahnya dimana, yang kering dimana. Jaraknya juga akan kita tata supaya nanti pembeli tidak desak-desakan," katanya. 

Harus Bayar Rp 10 Juta.

Pedagang eks Pasar Induk Jodoh mengungkapkan kekesalannya.

pasca digusur oleh pemrintah, ia harus pindah ke kios yang sudah disediakan Pemrintah tidak jauh dari Pasar Induk.

Namun sayang, awalnya dijanjikan gratis selama tiga bulan, namun ada oknum yang meminta pungutan dengan patokan harga sampai Rp 10 Juta.

Mereka terlihat menumpuk barang-barangnya di pinggir jalan raya sehingga arus lalulintas di kawasan itu sedikit macet.

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) & Halodoc Kolaborasi Optimalkan Akses Layanan Kesehatan lewat Riset

 Rudi, Ansar, Soerya Mulai Lihatkan Persaingan di Pilgub 2020, Bagaimana Huzrin Hood dan Ismeth ?

Pantauan Tribun, Kamis (31/10), berapa gerobak milik pedagang terlihat bertumpuk ditepian hingga memakan ruas jalan.

Beberapa pedagang terlihat masih mengumpulkan sisa-sisa puing kios yang masih bisa digunakan.

Sebagian dari mereka, mengangkat papan dan kayu yang masih utuh.

Sebagian pedagang kaki lima (PKL) lainnya juga terlihat masih berjualan di lokasi bekas gusuran, Meskipun lapak mereka hanya seadanya, namun mereka mengaku tak punya pilihan karena dagangan tersebut adalah buah-buahan yang akan busuk jika tidak dijual.

Para pedagang menggelar lapak itu sore hari karena pagi hingga siang, kawasan itu dijaga Satpol PP.

“Kami tak punya pilihan. Buah ini akan busuk kalau tidak kami jual,” kata seorang pedagang.

Pedagang juga mengungkapkan kekesalannya, mereka disuruh pindah ke kios, tetapi untuk pindah kios ternyata bukan hal yang mudah.

Mereka diminta membayar uang masuk sebesar Rp 10 juta hingga Rp 50 juta dan biaya bulanan Rp 1 juta.

"Awalnya kata pemerintah gratis 3 bulan. Namun satu minggu setelah informasi itu, ternyata kami diberitahu harus bayar Rp 1 juta. Lalu seminggu kemudian harus bayar lagi Rp 10 juta baru bisa menempati kios. Kalau untuk tempat kos (tempat tinggal) mungkin bisa, tapi untuk berdagang mungkin nggak bisa. Kami PKL menolak," ujar Wakil Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Kota Batam, Juned Ginting, Kamis (31/10/2019).

Juded sendiri hingga saat ini belum bisa jualan lagi seperti biasanya.

Masih mencari lahan untuk tempat jualan yang baru. Ia dan pedagang lainnya keberatan dengan sewa kios yang disediakan oleh Pemko Batam.

"Memang di samping kami ada sekitar 200 kios yang disediakan Pemko. Setahu kami lahan itu pasar induk kedua yang dibangun pihak swasta. Itu yang aneh, kok bisa pihak swasta membangun di lahan pemerintah? Seandainya lahan itu pemerintah yang bangun, mungkin kami berlomba ke sana. Namun karena swasta, kami merasa tak tepat," paparnya.

Juned khawatir jika pasar itu kemudian ramai, pihak swasta pasti menaikkan harga sewa per bulan.

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) & Halodoc Kolaborasi Optimalkan Akses Layanan Kesehatan lewat Riset

 Waspada! Kosmetik Ilegal Kini Diperdagangkan via Online

Beda dengan pemerintah, semuanya bisa dinegosiasikan bersama-sama karena pemerintah prinsipnya tak mungkin mengambil untung.

Pedagang lainnya, Manasi Ginting, juga belum bisa berjualan lagi seperti biasanya karena belum memiliki tempat yang baru.

Dirinya sudah bertanya kepada pihak swasta yang mengelola kios relokasi, sesuai arahan Pemko Batam.

Ia diminta biaya masuk Rp 10 juta sekaligus sewa tempat sebesar Rp 1 juta per bulan.

Alhasil, ia terpaksa balik kanan setelah mendengar biaya yang begitu besar. Kami rakyat kecil ini tak ada uang pindah ke sana. Terpaksa harus cari tempat yang kita sanggup," sesalnya.

Kini, para pedagang masih sibuk mencari tempat baru untuk berdagang bahkan di luar kawasan pasar induk yang selama ini dijadikan tempat berdagang sekaligus tempat tinggal.

Saat ini, sebagian barang-barang mereka masih menumpuk di lahan kosong sembari mencari tempat baru.

"Udah hancur semua, mau kemana lagi? Kebetulan aku tinggal di Pasar Induk ini jadi semua alat rumah tangga kami juga harus dipindahkan,” kata seorang pedagang, Johny Sembiring.(rus/dna/blt)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved