Nauru, Negara Terkaya di Dunia yang Kini Jatuh Miskin, Begini Faktanya

Ya, Nauru adalah sebuah pulau dengan luas sekitar delapan setengah mil persegi dan berpenduduk sekitar 10.000 jiwa.

worldatlas.com
Nauru 

Nauru digambarkan sebagai “tanah tandus batu bergerigi,” yang penuh kanal batu, batuan karang, dan menara batu kapur.

kibatnya, penduduk pulau hanya hidup di tepi luar pulau.

3. Pada awal 1990-an, sumber daya fosfat mulai habis

Pemerintah mencoba untuk mencari pendapatan dengan beberapa cara, tetapi akhirnya bangkrut.

Mereka akhirnya punya rencana untuk berinvestasi dalam acara teater musikal

unbelievable-facts
unbelievable-facts

4. Skema menghasilkan uang lain dipertimbangkan oleh pemerintah Nauru termasuk membuat meja kopi dan masuk ke industri telepon seks

unbelievable-facts
unbelievable-facts

Seorang pejabat pemerintah Nauru mengatakan ada beberapa diskusi tentang memungkinkan kode telepon Nauru yang akan digunakan, yaitu kode 1-900 untuk saluran telepon seks.

Pada tahun 2000, Presiden mengatakan Nauru sedang belajar memotong puncak batu kapur dan menggunakannya untuk membuat meja kopi untuk dijual ke Barat.

5. Salah satu cara pemerintah menghasilkan uang adalah dengan menawarkan negara-negara untuk mendirikan bank di pulau ini

Nauru mengkhususkan diri dalam “shell bank,” yang berarti mereka hanya ada di atas kertas.

Shell bank di Nauru bebas dari persyaratan standar pencatatan transaksi utama yang membuat mereka ideal untuk pencucian uang.

unbelievable-facts
unbelievable-facts ()

6. Hukum perbankan di pulau ini sangat menarik untuk para mafia Rusia

unbelievable-facts
unbelievable-facts

Operasi pencucian uang ini dianggap bertanggung jawab atas melumpuhnya perekonomian Rusia.

Pada tahun 2000, lebih dari 400 bank shell di pulau itu dimiliki oleh klien Rusia.

Uang lebih dari US$ 70 miliar dicuci melalui Nauru.

7. Pada tahun 2000, Presiden Nauru mengatakan negara itu berencana untuk merehabilitasi pulau

Karena tidak ada lapisan atas tanah yang tersisa, diperkirakan merehabilitasi pulau akan butuh biaya US$ 300 juta dan waktu sekitar 20 tahun.

unbelievable-facts
unbelievable-facts

 

Tribuntravel/Rizky Tyas Febriani


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved